![]() |
| nitonotes |
Lantas benarkah kekata sebuah Caption? Bahwa, “Jangan ragu melepas merpati terbaik terbang, sebab yang terbaik akan selalu pulang!!”
***
Berbicara
mengenai ketulusan seorang anak manusia, serupa tak dapat di ukur, di taksir
dan di kira-kira. Jika pepatah sejak berabad-abad silam melangsir, bahwa
kedalaman laut bisa diukur, maka dalamnya ketulusan hati seseorang siapa yang
tahu? Hanya pencipta dan pemilik hati itu yang tahu.
Lantas,
tetiba dirimu di sambangi oleh sekotak harapan dengan mengatas namakan ketulusan.
Memunguti puing-puing yang poranda di beranda
hatimu. Mencipta bongkahan hati yang
baru, menggantungkan perihal tanya di kepala. Lantas sewaktu waktu seenak jidat
sudi mengaduk-aduk perasaan. Mungkin saat itu kamu khilaf dalam memaknainya,
pun terkadang kamu merasa mungkin inilah saatnya. Nah, sejauh mana kamu dapat
mengukur tulus itu. Jika kamu sudah merasa bahwa mungkin inilah saatnya.?
Bahkan sampai se rela itu hatimu di aduk-aduk sedemikian rupa.
Ibarat kamu dan dia, adalah berasal dari arah mata angin yang berlawanan
arah. Lantas bertubrukan di suatu kesempatan yang sama. Mengawang-awang naluri
menafsirkan maksud perjumpaan. Lantas mengatas namakan sebuah
ketulusan tampa kamu minta. Nah, apa yang membuatmu yakin bahwa itu lah tulus
sebenar-benarnya tulus.? Hingga kamu rengkuh tulus itu, atau justru mengabaikan.
Sebab dengan pongah kamu menggangap itu bukan jenis tulus yang kamu tunggu.
Nah, jika sudah begitu, masih cukup sabarkah hatimu menunggu bentuk tulus yang
lain? Sebuah tulus yang kamu rasa layak kamu tunggu bersama sang waktu. Sedang waktu tak pernah menjanjikan
apalagi menawarkan kepastian.
Ini berbicara ihwal pelabuhan yang sudah
pantaskah kamu labuhkan. Tentang siapa kamu dan siapa dia? Sudah pantaskah kamu
atau pantaskah dia? Jauh dari palung hatimu terdalam, ada seribu rasa yang tak
dapat kamu pilah, hingga bukan menjadi perkara mudah untuk kamu pilih salah
satunya. Namun selalu ada sang waktu
setia membersamai dirimu bertemu gerbang baru. Menjejaki setiap kisah. Memecahkan
teka-teki hidup serupa menyusuri alur labirin. Menapaki setiap rel hidup hingga
ujung bertemu ujung. Mendaki pusaran zaman. Melintasi jagat alam yang terkadang
mendidik begitu garang. Memaknai setiap mata-mata telanjang yang sewaktu-waktu menjelma
mata serigala.
Seiring
lelahmu berkelana bersama sang waktu, akan tiba fase dimana kamu akan
menggugurkan dedaun yang pantas digugurkan. Menapaki rinai hidup yang kian hari semakin terjal. Namun
bukan berarti semakin suram. Perihal menggugurkan. Pun perihal memupuk pohon
keputusan hingga subur dari akar sampai pucuk dedaun. Sekali lagi, bahwa waktu
yang akan mengajarkan itu padamu.
Jika
memang tulus itu sudah pantas kamu timpali segudang tulus, karena kamu yakin
bahwa itulah tulus terbaik yang telah Tuhan gariskan untukmu. Dan jika kamu
seorang perempuan, kamu merasa dengan dia imanmu semakin terupgrade disetiap harinya.
Sebab dia dapat
membaikkan dirimu, memuliakanmu, dan membuatmu merasa terayomi.Sebab ketulusan terbaik adalah karena semata-mata menjadikan Sang pencipta
tulus sebagai alasan utama menabur tulus.
Jika pada paragraf pertama saya tuliskan bahwa manusia tak dapat
mengukur hati manusia yang lain, maka seyogyanya keterukuran sebuah tulus pada
dasar hati manusia itu dapatlah terukur karena dirasakan. Dirasa sebab adanya
pengaplikasian, dirasa sebab tulus bukanlah sebuah kata dasar yang hanya
sekedar diumbar, apalagi ditebar. Bukankah Tuhan Maha Kuasa telah menciptakan
hati kita begitu apik. Dengannya kita diminta mencerna setiap mili bahkan
berliter-liter rasa yang terlanjur menggebu-gebu di dada. Memecahkan setiap
pelik yang menggumpal hingga membatu di kepala.
Dalam ilmu fiska, dijelaskan esensi hukum alam. Hukum alam tersebut biasa di sebut Low of attraction. Bagi mereka yang masih terus mencari karena ingin selalu meningkatkan taraf hidup dan kesuksesan mereka atau istilah kerennya disebut "the Seekers" (alias Para Pencari), pasti sudah pernah mendengar tentang the Law of Attraction (atau Hukum Ketertarikan atau Hukum Tarik Menarik), yang singkatnya mendiktekan bahwa apa yang kau pikirkan dengan fokus itulah yang akan kau tarik masuk dalam hidupmu. Bahwa energi yang kita pantulkan dalam keseharian hidup kita, akan mencerminkan pantulan diri kita kepada alam. Maka tak apalah jika kita rangkaikan asumsi itu masuk pada hukum jodoh menjodoh tersebut.
“Saat kamu berusaha menjadi orang
yang lebih baik. Seseorang yang kamu nantikan di masadepan juga sedang
melakukan hal yang sama saat ini” (KANGABAY_)
Maka
analogi merpati putih itu dapat kita artikan bahwa, jika merpati itu adalah jenis merpati paling tulus yang Tuhan cocokkan untuk kita, ia
akan kembali sebagaimana hukum alam akan mengembalikannya. Pada akhirnya sang
merpati putih pun akan tahu mana dahan ternyaman tempat ia singgahi untuk pulang
selamanya. Sebab, memberi dan menerima tulus adalah sepaket kotak kebahagiaan
yang sewaktu-waktu tak dapat kamu beli dipersimpangan waktu di semesta yang
lain.
Salam!!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar