Minggu, 18 Oktober 2015

Sang Merpati Yang Tulus


 
 nitonotes


Lantas benarkah kekata sebuah Caption? Bahwa, “Jangan ragu melepas merpati terbaik terbang, sebab yang terbaik akan selalu pulang!!”
***

Berbicara mengenai ketulusan seorang anak manusia, serupa tak dapat di ukur, di taksir dan di kira-kira. Jika pepatah sejak berabad-abad silam melangsir, bahwa kedalaman laut bisa diukur, maka dalamnya ketulusan hati seseorang siapa yang tahu? Hanya pencipta dan pemilik hati itu yang tahu. 

Lantas, tetiba dirimu di sambangi oleh sekotak harapan dengan mengatas namakan ketulusan. Memunguti puing-puing  yang poranda di beranda hatimu.  Mencipta bongkahan hati yang baru, menggantungkan perihal tanya di kepala. Lantas sewaktu waktu seenak jidat sudi mengaduk-aduk perasaan. Mungkin saat itu kamu khilaf dalam memaknainya, pun terkadang kamu merasa mungkin inilah saatnya. Nah, sejauh mana kamu dapat mengukur tulus itu. Jika kamu sudah merasa bahwa mungkin inilah saatnya.? Bahkan sampai se rela itu hatimu di aduk-aduk sedemikian rupa.

Ibarat kamu dan dia, adalah berasal dari arah mata angin yang berlawanan arah. Lantas bertubrukan di suatu kesempatan yang sama. Mengawang-awang naluri menafsirkan maksud perjumpaan. Lantas mengatas namakan sebuah ketulusan tampa kamu minta. Nah, apa yang membuatmu yakin bahwa itu lah tulus sebenar-benarnya tulus.? Hingga kamu rengkuh tulus itu, atau justru mengabaikan. Sebab dengan pongah kamu menggangap itu bukan jenis tulus yang kamu tunggu. Nah, jika sudah begitu, masih cukup sabarkah hatimu menunggu bentuk tulus yang lain? Sebuah tulus yang kamu rasa layak kamu tunggu bersama sang  waktu. Sedang waktu tak pernah menjanjikan apalagi menawarkan kepastian.

             Ini berbicara ihwal pelabuhan yang sudah pantaskah kamu labuhkan. Tentang siapa kamu dan siapa dia? Sudah pantaskah kamu atau pantaskah dia? Jauh dari palung hatimu terdalam, ada seribu rasa yang tak dapat kamu pilah, hingga bukan menjadi perkara mudah untuk kamu pilih salah satunya. Namun selalu ada  sang waktu setia membersamai dirimu bertemu gerbang baru. Menjejaki setiap kisah. Memecahkan teka-teki hidup serupa menyusuri alur labirin. Menapaki setiap rel hidup hingga ujung bertemu ujung. Mendaki pusaran zaman. Melintasi jagat alam yang terkadang mendidik begitu garang. Memaknai setiap mata-mata telanjang yang sewaktu-waktu menjelma mata serigala.

Seiring lelahmu berkelana bersama sang waktu, akan tiba fase dimana kamu akan menggugurkan dedaun yang pantas digugurkan. Menapaki  rinai hidup yang kian hari semakin terjal. Namun bukan berarti semakin suram. Perihal menggugurkan. Pun perihal memupuk pohon keputusan hingga subur dari akar sampai pucuk dedaun. Sekali lagi, bahwa waktu yang akan mengajarkan itu padamu.

Jika memang tulus itu sudah pantas kamu timpali segudang tulus, karena kamu yakin bahwa itulah tulus terbaik yang telah Tuhan gariskan untukmu.  Dan jika kamu seorang perempuan, kamu merasa dengan dia imanmu semakin terupgrade disetiap harinya. Sebab dia dapat membaikkan dirimu, memuliakanmu, dan membuatmu merasa terayomi.Sebab ketulusan terbaik adalah karena semata-mata menjadikan Sang pencipta tulus sebagai alasan utama menabur tulus. 

Jika pada paragraf pertama saya tuliskan bahwa manusia tak dapat mengukur hati manusia yang lain, maka seyogyanya keterukuran sebuah tulus pada dasar hati manusia itu dapatlah terukur karena dirasakan. Dirasa sebab adanya pengaplikasian, dirasa sebab tulus bukanlah sebuah kata dasar yang hanya sekedar diumbar, apalagi ditebar. Bukankah Tuhan Maha Kuasa telah menciptakan hati kita begitu apik. Dengannya kita diminta mencerna setiap mili bahkan berliter-liter rasa yang terlanjur menggebu-gebu di dada. Memecahkan setiap pelik yang menggumpal hingga membatu di kepala.

     Dalam ilmu fiska, dijelaskan esensi hukum alam. Hukum alam tersebut biasa di sebut Low of attraction. Bagi mereka yang masih terus mencari karena ingin selalu meningkatkan taraf hidup dan kesuksesan mereka atau istilah kerennya disebut "the Seekers" (alias Para Pencari), pasti sudah pernah mendengar tentang the Law of Attraction (atau Hukum Ketertarikan atau Hukum Tarik Menarik), yang singkatnya mendiktekan bahwa apa yang kau pikirkan dengan fokus itulah yang akan kau tarik masuk dalam hidupmu. Bahwa energi yang kita pantulkan dalam keseharian hidup kita, akan mencerminkan pantulan diri kita kepada alam. Maka tak apalah jika kita rangkaikan asumsi itu masuk pada hukum jodoh menjodoh tersebut. 

“Saat kamu berusaha menjadi orang yang lebih baik. Seseorang yang kamu nantikan di masadepan juga sedang melakukan hal yang sama saat ini” (KANGABAY_)

Maka analogi merpati putih itu dapat kita artikan bahwa, jika merpati itu adalah jenis merpati paling tulus yang Tuhan cocokkan untuk kita, ia akan kembali sebagaimana hukum alam akan mengembalikannya. Pada akhirnya sang merpati putih pun akan tahu mana dahan ternyaman tempat ia singgahi untuk pulang selamanya. Sebab, memberi dan menerima tulus adalah sepaket kotak kebahagiaan yang sewaktu-waktu tak dapat kamu beli dipersimpangan waktu di semesta yang lain.

Salam!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar