Sore itu, aku menerima sebuah send
massege service di ponsel G Starku yang berukuran mini.
Sebuah sms yang
menyalurkan sebuah kekuatan positif dalam seketika, disela kebimbangan yang
terus saja menghantuiku. Belum jua sms itu tuntas ku baca, ponsel miniku itu kembali
berdering. Sontak ku terima panggilan itu. Ada suara familiyar disana, menyapa
dan dengan nada bicara beliau yang tak asing bagiku membuat ku tertegun dan
mendengar baik baik perihal yang beliau bahas. Seperti surprise, seperti
jawaban yang Tuhan sampaikan di balik pertanyaan atas kebimbanganku. Aku akan
kuliah !! Subhanallah betapa bahagianya aku saat itu. Apa lagi tawaran beasiswa
di kampus suami ibu mata pelajaran
seosiologiku itu. Sungguh, Informasi yang membuncah semangatku. Setelah
pembicaraan kami berakhir dengan wajah yang berbinar ku sampaikan berita baik
ini kepada mamaku yang saat itu tengah merenung barangkali, hehee akh aku lupa.
Yang jelas, mamaku sama bahagianya saat ku informasikan hal itu.
Akhirnya malam itu, setelah senja
dan warna keemasannya tenggelam di ufuk barat, kubersungut sungut kepada kakak
sepupu di sebelah rumah agar mengantarku ke rumah ibu guruku yang letaknnya
sekitar 2 km dari rumah. Dengan motor mx nya yang berwarna hijau memboyongku
dan mama dengan cepat tepat di depan rumah Ibu guruku yang bertipe minimalis
dan modern. Setelah itu, kakak sepupuku pulang dan berjanji akan kembali
menjemput saat urusanku selesai dan saat smsku melayang ke nomernya untuk
datang menjemput.
Kubuka pintu pagar besi itu perlahan.
Setelah terbuka, rupanya yang empunya rumah sedang bercengkrama di teras rumah.
Entah kami mengganggu atau bagaimana yang jelas kami datang berdasarkan
intruksi dari ibu sendiri unutk mengklarifikasi dan mendengarkan penjelasan
secara langsung dari suami ibu yang merupakan dosen di kampus tersebut.
Aku dan mama dipersilahkan untuk
masuk. Kami pun memulai pembicaraan dengan sedikit basa basi agar tak terkesan
kaku. Ibu guruku dengan kudung panjang dibalut warna hitam orens yang
dikenakannya menambah rona keanggunan yang dimilikinya. Sepertinya kudung itu
di beli di Mekkah saat beliau melaksanakan ibadah umrah. Tak lama, suami ibu
datang membawa map biru dengan lebel nama kampus tersebut. Kemudian di sodorkan
kepadaku untuk ku isi data, dan curiculum vitae. Formulir rupanya. Sigap
ku isi data tersebut apalagi iming iming beasiswa bidik misi itu membuatku seperti
dialiri ribuan Volt dalam jantungku hingga memompa darah bahkan semangatku. Tak
butuh waktu lama bagiku untuk mengisi formulir itu. Hingga waktu terus berjalan
merangkak membuat keasyikan kami bercengkrama. Apalagi ibu´orangnya memang
asyik dan supel dalam hal membagi pengalaman hidupnya khususnya perjalanan saat
beliau kuliah dulu. Rintangan yang di hadapinya pun tak sedikit. Sebelum
memutuskan kuliah pun beliau sempat bekerja di Bandara Hasanuddin. Setiap
harinya ia harus bangun cepat cepat untuk dandan, membuat wajahnya terlihat
menor, rok sepaha, dan high heels membalut kakinya yang mulus. Tak heran,
jika rasa pegal pada pergelangan kaki menjadi resiko yang setiap harinya pula
beliau rasakan saat itu. Hingga mimpi
buruk baginya ia akhiri dengan melanjutkan kuliah.
Namun, mimpi buruk itu rupanya tak berakhir, justru semakin pelik. Perjuangan melintasi waktu untuk suatu perubahan pun dimulai. Mulai dari kondisi hidup yang kian menohoknya saat itu. Beberapa helai baju yang itu itu saja, kaos kaki yang jarang di cuci karena satu satunya sampai makan pun ala kadarnya. “Hmm…maklum anak kost” Ungkap ibu guru sosiologiku malam itu. Tapi sekarang ibu sudah kaya bagiku. Memiliki suami dan di anugerahi tiga orang putra yang gagah dan lucu lucu. Rumah permanen lantai dua bertipe minimalis dan modern, punya motor, mobil, karir dan apa lagi?? Pasti ibu begitu bahagia. Walau pun pada dasarnya setiap manusia merasakan suka duka itu pasti adaa. Yah, hidup butuh perjuangan, butuh menapaki tangga yang satu hingga tangga berikutnya sampai tangga teratas. Tidak mudah memang, banyak guncangan, rintangan, godaan, dan jua percikan percikan emosi karena ketidak sabaran.
Tapii, dari sepenggal cerita hidup yang ibu ungkap itu, adalah bagian dari bukti nyata, bahwa orang yang menjadi kaya saat ini, tak semudah ia membalikkan telapak tangan. Butuh waktu, balutan doa dan usaha. Bukankah Allah tak akan merubah nasib suatu kaum kecuali merubah nasib mereka sendiri? Sekali lagi butuh usaha, perjuangan, doa, peluh bahkan tetesan air mata. ^:^
Namun, mimpi buruk itu rupanya tak berakhir, justru semakin pelik. Perjuangan melintasi waktu untuk suatu perubahan pun dimulai. Mulai dari kondisi hidup yang kian menohoknya saat itu. Beberapa helai baju yang itu itu saja, kaos kaki yang jarang di cuci karena satu satunya sampai makan pun ala kadarnya. “Hmm…maklum anak kost” Ungkap ibu guru sosiologiku malam itu. Tapi sekarang ibu sudah kaya bagiku. Memiliki suami dan di anugerahi tiga orang putra yang gagah dan lucu lucu. Rumah permanen lantai dua bertipe minimalis dan modern, punya motor, mobil, karir dan apa lagi?? Pasti ibu begitu bahagia. Walau pun pada dasarnya setiap manusia merasakan suka duka itu pasti adaa. Yah, hidup butuh perjuangan, butuh menapaki tangga yang satu hingga tangga berikutnya sampai tangga teratas. Tidak mudah memang, banyak guncangan, rintangan, godaan, dan jua percikan percikan emosi karena ketidak sabaran.
Tapii, dari sepenggal cerita hidup yang ibu ungkap itu, adalah bagian dari bukti nyata, bahwa orang yang menjadi kaya saat ini, tak semudah ia membalikkan telapak tangan. Butuh waktu, balutan doa dan usaha. Bukankah Allah tak akan merubah nasib suatu kaum kecuali merubah nasib mereka sendiri? Sekali lagi butuh usaha, perjuangan, doa, peluh bahkan tetesan air mata. ^:^
![]() |
| Sesi Gifo :D |
![]() |
| Mila & Chalu'. (Cieee..ciee. :P) |
![]() |
| Edisi jokka-jokka pra UN. :) |




Tidak ada komentar:
Posting Komentar