Rabu, 26 Agustus 2015

Sebulan Setelah Dirimu Resmi Sebagai Isteri

            Memoriku menggali tumpukan kenangan saat pertama kali bertemu. Perkenalan kita bermula di salah satu kegiatan komunitas Islam di jantung kota Maros pertengahan bulan puasa tahun lalu.
Sekedar tahu hal-hal mendasar serupa pertanyaan nama, alamat dan profesi. Tidak ada embel-embel bertukar nomer hp dan sosmed lainnya. Perkenalan kita begitu datar dan terkesan biasa saja. Siapa yang tahu, bahwa Tuhan mentakdirkan kita tuk kembali bersua.
Kehadiran saya di kantor BPS (Badan Pusat Statistik) Maros sebagai mitra, menuangkan ingatan kita tentang pertemuan sekilas yang nyaris terlupa. Selain membahas soal proyek pendataan, percakapan kita mulai menjalar kemana-mana. Kehangatan dan keramahan dalam diri kakak mampu membungkam kekakuan di setiap tutur kita. Banyak hal diam-diam  kita kemas dalam bentuk cerita yang kita cerna dari hati ke hati. Kita mulai membahas hobby yang sama. Hingga kutemukan tulisan kakak di blog, dan membuat saya makin jatuh cinta. 
Suatu sore akhir bulan maret, kakak membelah hujan untuk menyambangi rumahku. Berniat bertemu dengan orang tuaku. Meminta izin, menemanimu tinggal di rumah baru. Serupa melamarku. Mamaku menghormati cara kakak, datang baik-baik meminta anak sulungnya. Dengan mengantongi izin dari mama, saya langsung memboyong pakaianku ke rumah kakak. Mulai hari itu kita tinggal bersama, saling berbagi kisah dan mengaminkan do’a yang sama.
Tinggal bersama membuat saya jadi tahu persis bagaimana ritme  hidup yang harus kakak jalani. Di pagi hingga sore hari dirimu disibukkan dengan berkantor. Pun tak jarang diperhadapkan dengan jadwal pendataan yang berjibun dan sifatnya ad hoc. Maka di sore hari sebelum mhagrib dirimu sudah bersiap membanting stir. Meski telah bekerja dan menjadi seorang pegawai negeri sipil, kobar  semangat dalam dirimu untuk menuntut ilmu tak pernah padam. Melanjutkan S2 di salah satu Universitas Negeri di Makassar, mengharuskanmu menempuh jarak sekitar 30 kilometer dari kota Maros. Hingga tak jarang ku dapati kakak tertidur pulas ketika menyempatkan diri  rehat menonton tv.
Pernah gumpalan putus asa menyelimuti hati kakak. Itu terjadi sebelum kita tinggal bersama, tatkala kecelakaan karena ulah brutal geng motor di salah satu jalan di kota Makassar saat akan pulang menuju Maros. Tapi kakak cukup tegar untuk bangkit setelah kejadian itu. Meskipun bayang-bayang kecemasan terus menghantui setiap perjalanan kakak di malam hari sebelum dan sesudah  ngampus. Jauh dari orang tua dan keluarga yang berdomisili di Pare-pare, menempa kakak menjadi perempuan yang mandiri dan tegar. Kesibukan yang ritmenya benar-benar menjerat dalam lingkaran waktu. Melelahkan memang. Hanya orang-orang yang bermetal baja yang mampu bertahan melakoninya. Bergelut dengan kesibukan seperti itu pantas tuk di syukuri. Banyak yang ingin berada di posisimu Kak. Dirimu beruntung.
Terlahir sebagai anak sulung, denganmu, saya merasa memiliki seorang kakak perempuan seutuhnya. Memperlakukanku sebagai adikmu. Tak pernah absen membangunkanku untuk menunanikan shalat subuh. Terkadang di sela-sela kesibukan sebelum atau sepulang kantor, meracik bumbu dan menumis makanan untukku. Pernah suatu hari saya berkelakar, bahwa akan tiba masanya dimana saya akan merindukan masakan kakak. Dengan tersenyum simpul dirimu hanya mengatakan satu kalimat yang mengundang gelak tawa kita. “Syahdunya dek.” Ternyata canda kita adalah sebuah do’a. Do’a yang indah.

image taken from my smartphone

Allah Maha baik, telah menghijabah doa doa kita. Air mata saya menetes karena bahagia melihat kakak sebulan yang lalu tengah
bersanding di singgasana cinta. Kebahagiaan keluarga yang tumpah ruah, kamar pengantin yang mewah, ornamen hiasan pengantin di dinding dan langit-langit rumah orang tua kakak. Semua adalah wujud nyata dari sebuah niatan baik yang telah diaminkan semesta. Benar bahwasannya saya seorang yang sensitif dan gampang terharu, tapi saya rasa ini karena kedekatan emosional diantara kita yang diam-diam telah terpatri begitu kuat berselang empat bulan terakhir. Dan tentang yang membersamai kakak di pelaminan, adalah seseorang yang kita sama-sama tahu bahwa dia lah lelaki terbaik dari milyaran lelaki di muka bumi ini untuk perempuan seanggun dan sebaik dirimu. Mulia tutur kata dan perilakunya. Terlebih lagi akhlak yang menjadi perisai dalam dirinya. Lagi lagi kakak beruntung.!
Ketika perkara jodoh menjadi sesuatu yang gaib. Acap kali menjadi momok yang menakutkan. Seringkali menghantui wanita di umur yang telah matang dan siap untuk menikah. Tak terkecuali dirimu. Dan kehadiran sang kekasih untuk meminang adalah ibarat oase. Seketika menyejukkan hati yang telah lama kalut karena kegersangan dalam penantian. Sebuah keniscayaan yang menautkan lisan pada kalimat syukur tak berujung. Karena ketika semua perkara yang kita lalui semata-mata mengharap keridhoan Allah, dan ketika kita pasrah kepadaNya. Memohon dan menautkan sujud di sepertiga malam, maka akan mengantarkan langkah kaki kita kepada jalan yang menaburkan aroma kebahagiaan. 
Sebagaimana dalam surah Al-Imran ayat 139, Allah berfirman yang artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Ingatan kita tentang moment membahagiakan itu takkan mudah tergerus oleh waktu, pasalnya sebulan sudah tengah kakak menjalani. Menjadi seorang istri untuk kekasih hati. Tepat tanggal 26 Juli sebulan yang lalu. Hari ahad pagi yang cerah,  saat lantuan ayat suci Al-Quran surah Ar-Rum ayat 21-24 mengawali detik-detik bahagia menuju status halal. Kebahagiaan membuncah di hari itu. Sanak saudara, rekan perjuangan, dan handai taulan datang menyambangi dengan sebukit doa. Alhamdulillah, segala prosesi telah kakak lewati hingga sampai pada prosesi yang amat sakral. Ijab Kabul.

Panre Temme' (Malam Pengajian)


Akad Nikah
 Dengan balutan adat bugis Makassar, baju bodo yang mewah berwarna hijau beserta pernak-perniknya. Dirimu bak ratu sejagad yang amat cantik. Pipimu merona. Kulihat getar bibirmu dan mata yang berkaca-kaca mulai mengundang suasana haru bahagia. Jantungmu pasti saling memburu saat itu. Seiring dengan sekali tarikan nafas kekasih hatimu melafalkan janji setia untuk menjadi imammu di dunia dan akherat. Dia, dengan kemantapan hati, megabulkan ijab yang dilontarkan oleh ayahanda kakak. Menggantikan peran beliau yang telah bertanggung jawab atas hidup kakak selama 27 tahun. Hari dan moment yang telah lama kau nanti tengah berlangsung dalam bingkai cinta karena Allah. 
  Dibalik kebahagiaan yang terbingkai di hari itu, tak banyak yang tahu bagaimana dirimu mulai merajutnya. Ibarat dengan jari tertusuk jarum berkali-kali hingga mencipta rajutan yang begitu apik. Perjuangan kalian adalah terjatuh dan bangkit beberapa kali setelah duri menjejali kaki. Semua kalian lalui semata-mata saling memperjuangkan karena Allah. Cukup saya sedikit tahu, bagaimana rasa sabar dan ikhlas yang kakak tenteng kemana-mana itu menjadi pondasi yang menguatkan hati seorang perempuan dewasa seperti kakak. Meski tak jarang dirundung kecemasan dalam penantian atas kabar berita yang memilin-milin ulu hati. Serta kerancuan atas kekhawatiran yang memilukan urat nadi.
Ketika ketegaran palung hatimu sempat terkoyak jika di tanya, kapan menikah? Sebuah pertanyaan yang membuat risau berkelabat hebat di dalam dada. Tapi Allah lagi lagi menunjukkan kebesaranNya. Buah dari sabar memang tak kan pernah mengecewakan. Ketika Allah mengatakan jadilah! Maka jadilah!. Alhamdulillah, hati kakak tak perlu terkoyak lagi untuk kesekian kali.
Sebulan setelah kakak resmi  berstatus sebagai seorang isteri, saya ingin berujar kata terimakasih.  Atas segudang rasa nyaman berbagi suasana hati kepada saya. Tak canggung menasehati ketika saya berbuat salah. Meminta saran dan pendapatku ketika terbentur suatu masalah. Menyampaikan keluh kesah dan berbagi kabar bahagia. Begitu pun sebaliknya.
Kita pernah hanyut dalam tangis bersama, jua gelak tawa dan rangkaian canda. Saya masih ingat, ketika kita pernah menghabiskan malam menonton ajang pencarian bakat yang disiarkan di salah satu stasiun televisi. Tepatnya malam minggu. Kita begitu antusias menyaksikan performance jagoan kita tatkala  menyanyikan beberapa lagu. Atau tak berhenti berdumal tanda tak setuju, kepada seorang juri yang mengkritisi jagoan kita. Mencipta asumsi bahwa komentar juri yang satu  itu kelewat batas. Sebaliknya, bersorak riuh ketika jagoan kita mendapat pujian. Menghabiskan pulsa meng-sms agar tidak tersenggol. Kakak pendukung yang baik. Kakak meng-sms dukungan setiap pekan, dan saya tidak. Hahaha. Sungguh saya tidak akan melupakan itu.
Melalui tulisan ini pula, tak berlebihan rasanya jika saya bertutur maaf.  Jika selama menjadi adik, saya sempat menyematkan lisan dan laku yang tak pantas di hati dan pandangan kakak. Dan semoga saya tetap menjadi adik di hati kakak selamanya. Terimakasih telah mempercayai saya menemani di rumah kenangan itu. Juga atas perlakuan keluarga terutama orang tua kakak yang begitu baik kepada saya setiap mereka berkunjung ke maros. Sehingga membuat saya merasa nyaman berbaur bersama kelurga besar kakak saat di Pare-pare.
Dan masa yang  saya maksud merindukan masakan kakak itu benar terjadi. Hari saat saya menuliskan ini, benar adanya saya rindu masakan kakak. Rindu hidangan ikan lombok bertaburan tomat yang megundang selera. Puding coklat buah yang segar dikala berbuka puasa. Dirimu senang mencoba resep membuat puding dan saya selalu menjadi tukang cicip yang rakus. Tapi itu bukan persoalan pelik, saya akan melunasi kerinduan ini dengan sesekali mengunjungi rumah kenangan. Mengganggu pengantin baru.
 Bersyukurlah, sang pelipur lara telah resmi menemani kakak di rumah yang kusebut rumah kenangan itu melalui prosesi yang luar biasa indah. Akan banyak pintalan-pintalan kenangan dan kisah baru yang akan kalian rajut. Mencipta sebuah  rajutan yang tak ternilai harganya. Sembari menanti kehadiran malaikat kecil yang akan melafazkan kalimat tauhid dengan kemerduan suara dan kemuliaan akhlaknya. Doaku selanjutnya adalah kebahagiaan kakak bersamanya menanti kehadiran Bilal. Bayi mungil khayalan kak Shel yang pernah kakak ceritakan saban hari. Dan kini menjadi doa kita. Doa kita bersama. Untuk itu, berbahagialah kak. Kakak pantas bahagia.!!




11 komentar:

  1. Terimakasih dinda...doa & tulisanmu ini adalah pemberian yg abadi, tidak akn pernah hilang.keren...wajar kalau kamu mengidolakan sastra...nnti bnyk waktu, sy baca baik2 semua tulisanmu nahhh dek..biar sy tahu sebrapa cerdas pale seorang Rahma..hehe...sy jg minta maaf dekk...apalagi pas momen nikah, bnysk sa minta tolongki...tp yakinlah, itu krn sy percayaki & sdh s anggap adek kandung sendiri..selamanya...okok Terimakasih telah mengisahkanku dek..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih jua telah bnyk menginspirasiku kak.!! :) #kk'ku selamanya.!!

      Hapus
    2. perjuanganmu adalah pelaksanaan kata kata

      Hapus
    3. Trmksh kak Js, sdh mampir.!!

      Hapus
  2. ini tulisan keren menurut ku...:)
    membawa pembaca merasakan kisah yang trkisah...:)
    (sok2 ku cap...hehehehehe...)

    tpi mungkin lebih baik judulx di poles dikit supaya lebih pasa dengan isix...:)
    (sok jago tpi nda tau pa ku bilang...:-p)

    tetap berkarya dek..
    semoga sukses selalu n bisa gantikan posisi ku...;)

    BalasHapus
  3. Bukan Teliti sebenarnya, cuma biasa melewati jalur itu, jadi tahu jauhnya. salam kenal.

    BalasHapus