Selasa, 03 Februari 2015

Air Mata Bersama Hujan




Oleh : Rahma Aulia
          Nafasnya tersenggal dengan bibir yang bergetar. Getir. Dinding di ruangan seolah akan menghimpitnya. Monitor laptop menertawakannya. Benda-benda di ruangan itu bergantian mengejek. Lalu merutuknya. “Hay, betapa malang nasibmu. Apakah kau akan jadi perawan tua?” Sementara ia menjerit seorang diri. Seolah memaksa, agar terbangun dari mimpi buruk. “Akh....tidaaakkkk.!!”