Sekedar tahu hal-hal mendasar serupa pertanyaan nama, alamat dan profesi. Tidak ada embel-embel bertukar nomer hp dan sosmed lainnya. Perkenalan kita begitu datar dan terkesan biasa saja. Siapa yang tahu, bahwa Tuhan mentakdirkan kita tuk kembali bersua.
Kehadiran
saya di kantor BPS (Badan Pusat Statistik) Maros sebagai mitra, menuangkan
ingatan kita tentang pertemuan sekilas yang nyaris terlupa. Selain membahas
soal proyek pendataan, percakapan kita mulai menjalar kemana-mana. Kehangatan
dan keramahan dalam diri kakak mampu membungkam kekakuan di setiap tutur kita.
Banyak hal diam-diam kita kemas dalam
bentuk cerita yang kita cerna dari hati ke hati. Kita mulai membahas hobby yang
sama. Hingga kutemukan tulisan kakak di blog, dan membuat saya makin jatuh
cinta.
Suatu
sore akhir bulan maret, kakak membelah hujan untuk menyambangi rumahku. Berniat
bertemu dengan orang tuaku. Meminta izin, menemanimu tinggal di rumah baru.
Serupa melamarku. Mamaku menghormati cara kakak, datang baik-baik meminta anak
sulungnya. Dengan mengantongi izin dari mama, saya langsung memboyong pakaianku
ke rumah kakak. Mulai hari itu kita tinggal bersama, saling berbagi kisah dan
mengaminkan do’a yang sama.
Tinggal
bersama membuat saya jadi tahu persis bagaimana ritme hidup yang harus kakak jalani. Di pagi hingga
sore hari dirimu disibukkan dengan berkantor. Pun tak jarang diperhadapkan
dengan jadwal pendataan yang berjibun dan sifatnya ad hoc. Maka di sore hari sebelum mhagrib dirimu sudah bersiap
membanting stir. Meski telah bekerja dan menjadi seorang pegawai negeri sipil, kobar semangat dalam dirimu untuk menuntut ilmu tak
pernah padam. Melanjutkan S2 di salah satu Universitas Negeri di Makassar,
mengharuskanmu menempuh jarak sekitar 30 kilometer dari kota Maros. Hingga tak
jarang ku dapati kakak tertidur pulas ketika menyempatkan diri rehat menonton tv.
Pernah
gumpalan putus asa menyelimuti hati kakak. Itu terjadi sebelum kita tinggal
bersama, tatkala kecelakaan karena ulah brutal geng motor di salah satu jalan
di kota Makassar saat akan pulang menuju Maros. Tapi kakak cukup tegar untuk
bangkit setelah kejadian itu. Meskipun bayang-bayang kecemasan terus menghantui
setiap perjalanan kakak di malam hari sebelum dan sesudah ngampus. Jauh dari orang tua dan keluarga
yang berdomisili di Pare-pare, menempa kakak menjadi perempuan yang mandiri dan
tegar. Kesibukan yang ritmenya benar-benar menjerat dalam lingkaran waktu.
Melelahkan memang. Hanya orang-orang yang bermetal baja yang mampu bertahan melakoninya. Bergelut dengan kesibukan seperti itu pantas tuk di syukuri. Banyak yang ingin
berada di posisimu Kak. Dirimu beruntung.
Terlahir
sebagai anak sulung, denganmu, saya merasa memiliki seorang kakak perempuan
seutuhnya. Memperlakukanku sebagai adikmu. Tak pernah absen membangunkanku
untuk menunanikan shalat subuh. Terkadang di sela-sela kesibukan sebelum atau
sepulang kantor, meracik bumbu dan menumis makanan untukku. Pernah suatu hari
saya berkelakar, bahwa akan tiba masanya dimana saya akan merindukan masakan
kakak. Dengan tersenyum simpul dirimu hanya mengatakan satu kalimat yang
mengundang gelak tawa kita. “Syahdunya dek.” Ternyata canda kita adalah sebuah
do’a. Do’a yang indah.
![]() | |
| image taken from my smartphone |
Allah
Maha baik, telah menghijabah doa doa kita. Air mata saya menetes karena bahagia
melihat kakak sebulan yang lalu tengah
bersanding di singgasana cinta. Kebahagiaan keluarga yang tumpah ruah, kamar pengantin yang mewah, ornamen hiasan pengantin di dinding dan langit-langit rumah orang tua kakak. Semua adalah wujud nyata dari sebuah niatan baik yang telah diaminkan semesta. Benar bahwasannya saya seorang yang sensitif dan gampang terharu, tapi saya rasa ini karena kedekatan emosional diantara kita yang diam-diam telah terpatri begitu kuat berselang empat bulan terakhir. Dan tentang yang membersamai kakak di pelaminan, adalah seseorang yang kita sama-sama tahu bahwa dia lah lelaki terbaik dari milyaran lelaki di muka bumi ini untuk perempuan seanggun dan sebaik dirimu. Mulia tutur kata dan perilakunya. Terlebih lagi akhlak yang menjadi perisai dalam dirinya. Lagi lagi kakak beruntung.!
bersanding di singgasana cinta. Kebahagiaan keluarga yang tumpah ruah, kamar pengantin yang mewah, ornamen hiasan pengantin di dinding dan langit-langit rumah orang tua kakak. Semua adalah wujud nyata dari sebuah niatan baik yang telah diaminkan semesta. Benar bahwasannya saya seorang yang sensitif dan gampang terharu, tapi saya rasa ini karena kedekatan emosional diantara kita yang diam-diam telah terpatri begitu kuat berselang empat bulan terakhir. Dan tentang yang membersamai kakak di pelaminan, adalah seseorang yang kita sama-sama tahu bahwa dia lah lelaki terbaik dari milyaran lelaki di muka bumi ini untuk perempuan seanggun dan sebaik dirimu. Mulia tutur kata dan perilakunya. Terlebih lagi akhlak yang menjadi perisai dalam dirinya. Lagi lagi kakak beruntung.!
Ketika perkara jodoh menjadi sesuatu yang gaib. Acap kali menjadi
momok yang menakutkan. Seringkali menghantui wanita di umur yang telah matang
dan siap untuk menikah. Tak terkecuali dirimu. Dan kehadiran sang kekasih untuk
meminang adalah ibarat oase. Seketika menyejukkan hati yang telah lama kalut karena
kegersangan dalam penantian. Sebuah keniscayaan yang menautkan lisan pada kalimat
syukur tak berujung. Karena ketika semua perkara yang kita lalui semata-mata
mengharap keridhoan Allah, dan ketika kita pasrah kepadaNya. Memohon dan menautkan
sujud di sepertiga malam, maka akan mengantarkan langkah kaki kita kepada jalan
yang menaburkan aroma kebahagiaan.
Sebagaimana
dalam surah Al-Imran ayat 139, Allah berfirman yang artinya: “Janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Ingatan kita tentang moment membahagiakan itu takkan mudah tergerus oleh waktu, pasalnya sebulan
sudah tengah kakak menjalani. Menjadi seorang istri untuk kekasih hati. Tepat
tanggal 26 Juli sebulan yang lalu. Hari ahad pagi yang cerah, saat lantuan ayat suci Al-Quran surah Ar-Rum
ayat 21-24 mengawali detik-detik bahagia menuju status halal. Kebahagiaan membuncah di hari itu. Sanak saudara,
rekan perjuangan, dan handai taulan datang menyambangi dengan sebukit doa.
Alhamdulillah, segala prosesi telah kakak lewati hingga sampai pada prosesi
yang amat sakral. Ijab Kabul.
![]() |
| Panre Temme' (Malam Pengajian) |
![]() |
| Akad Nikah |
Dengan
balutan adat bugis Makassar, baju bodo
yang mewah berwarna hijau beserta pernak-perniknya. Dirimu bak ratu sejagad
yang amat cantik. Pipimu merona. Kulihat getar bibirmu dan mata yang
berkaca-kaca mulai mengundang suasana haru bahagia. Jantungmu pasti saling
memburu saat itu. Seiring dengan sekali tarikan nafas kekasih hatimu melafalkan
janji setia untuk menjadi imammu di dunia dan akherat. Dia, dengan kemantapan
hati, megabulkan ijab yang dilontarkan oleh ayahanda kakak. Menggantikan peran
beliau yang telah bertanggung jawab atas hidup kakak selama 27 tahun. Hari dan moment yang
telah lama kau nanti tengah berlangsung dalam bingkai cinta karena Allah.
Dibalik kebahagiaan yang terbingkai di hari itu, tak banyak yang tahu bagaimana dirimu mulai merajutnya. Ibarat dengan jari tertusuk jarum berkali-kali hingga mencipta rajutan yang begitu apik. Perjuangan kalian adalah terjatuh dan bangkit beberapa kali setelah duri menjejali kaki. Semua kalian lalui semata-mata saling memperjuangkan karena Allah. Cukup saya sedikit tahu, bagaimana rasa sabar dan ikhlas yang kakak tenteng kemana-mana itu menjadi pondasi yang menguatkan hati seorang perempuan dewasa seperti kakak. Meski tak jarang dirundung kecemasan dalam penantian atas kabar berita yang memilin-milin ulu hati. Serta kerancuan atas kekhawatiran yang memilukan urat nadi.
Dibalik kebahagiaan yang terbingkai di hari itu, tak banyak yang tahu bagaimana dirimu mulai merajutnya. Ibarat dengan jari tertusuk jarum berkali-kali hingga mencipta rajutan yang begitu apik. Perjuangan kalian adalah terjatuh dan bangkit beberapa kali setelah duri menjejali kaki. Semua kalian lalui semata-mata saling memperjuangkan karena Allah. Cukup saya sedikit tahu, bagaimana rasa sabar dan ikhlas yang kakak tenteng kemana-mana itu menjadi pondasi yang menguatkan hati seorang perempuan dewasa seperti kakak. Meski tak jarang dirundung kecemasan dalam penantian atas kabar berita yang memilin-milin ulu hati. Serta kerancuan atas kekhawatiran yang memilukan urat nadi.
Ketika ketegaran palung hatimu sempat terkoyak jika di tanya,
kapan menikah? Sebuah pertanyaan yang membuat risau berkelabat hebat di dalam dada. Tapi
Allah lagi lagi menunjukkan kebesaranNya. Buah dari sabar memang tak kan pernah
mengecewakan. Ketika Allah mengatakan jadilah! Maka jadilah!. Alhamdulillah,
hati kakak tak perlu terkoyak lagi untuk kesekian kali.
Sebulan
setelah kakak resmi berstatus sebagai
seorang isteri, saya ingin berujar kata terimakasih. Atas segudang rasa nyaman berbagi suasana
hati kepada saya. Tak canggung menasehati ketika saya berbuat salah. Meminta
saran dan pendapatku ketika terbentur suatu masalah. Menyampaikan keluh kesah
dan berbagi kabar bahagia. Begitu pun sebaliknya.
Kita
pernah hanyut dalam tangis bersama, jua gelak tawa dan rangkaian canda. Saya
masih ingat, ketika kita pernah menghabiskan malam menonton ajang pencarian
bakat yang disiarkan di salah satu stasiun televisi. Tepatnya malam minggu. Kita
begitu antusias menyaksikan performance
jagoan kita tatkala menyanyikan beberapa
lagu. Atau tak berhenti berdumal tanda tak setuju, kepada seorang juri yang mengkritisi
jagoan kita. Mencipta asumsi bahwa komentar juri yang satu itu kelewat batas. Sebaliknya, bersorak riuh
ketika jagoan kita mendapat pujian. Menghabiskan pulsa meng-sms agar tidak tersenggol. Kakak
pendukung yang baik. Kakak meng-sms dukungan
setiap pekan, dan saya tidak. Hahaha.
Sungguh saya tidak akan melupakan itu.
Melalui
tulisan ini pula, tak berlebihan rasanya jika saya bertutur maaf. Jika selama menjadi adik, saya sempat menyematkan
lisan dan laku yang tak pantas di hati dan pandangan kakak. Dan semoga saya
tetap menjadi adik di hati kakak selamanya. Terimakasih telah mempercayai saya
menemani di rumah kenangan itu. Juga atas perlakuan keluarga terutama orang tua
kakak yang begitu baik kepada saya setiap mereka berkunjung ke maros. Sehingga
membuat saya merasa nyaman berbaur bersama kelurga besar kakak saat di
Pare-pare.
Dan
masa yang saya maksud merindukan masakan
kakak itu benar terjadi. Hari saat saya menuliskan ini, benar adanya saya rindu
masakan kakak. Rindu hidangan ikan lombok bertaburan tomat yang megundang
selera. Puding coklat buah yang segar dikala berbuka puasa. Dirimu senang
mencoba resep membuat puding dan saya selalu menjadi tukang cicip yang rakus. Tapi
itu bukan persoalan pelik, saya akan melunasi kerinduan ini dengan sesekali
mengunjungi rumah kenangan. Mengganggu pengantin baru.
Bersyukurlah, sang pelipur lara telah resmi menemani
kakak di rumah yang kusebut rumah kenangan itu melalui prosesi yang luar biasa indah.
Akan banyak pintalan-pintalan kenangan dan kisah baru yang akan kalian rajut. Mencipta
sebuah rajutan yang tak ternilai
harganya. Sembari menanti kehadiran malaikat kecil yang akan melafazkan kalimat
tauhid dengan kemerduan suara dan kemuliaan akhlaknya. Doaku selanjutnya adalah
kebahagiaan kakak bersamanya menanti kehadiran Bilal. Bayi mungil khayalan kak
Shel yang pernah kakak ceritakan saban hari. Dan kini menjadi doa kita. Doa
kita bersama. Untuk itu, berbahagialah kak. Kakak pantas bahagia.!!




Terimakasih dinda...doa & tulisanmu ini adalah pemberian yg abadi, tidak akn pernah hilang.keren...wajar kalau kamu mengidolakan sastra...nnti bnyk waktu, sy baca baik2 semua tulisanmu nahhh dek..biar sy tahu sebrapa cerdas pale seorang Rahma..hehe...sy jg minta maaf dekk...apalagi pas momen nikah, bnysk sa minta tolongki...tp yakinlah, itu krn sy percayaki & sdh s anggap adek kandung sendiri..selamanya...okok Terimakasih telah mengisahkanku dek..
BalasHapusTerimakasih jua telah bnyk menginspirasiku kak.!! :) #kk'ku selamanya.!!
Hapusperjuanganmu adalah pelaksanaan kata kata
HapusTrmksh kak Js, sdh mampir.!!
Hapus(Y)
BalasHapusini tulisan keren menurut ku...:)
BalasHapusmembawa pembaca merasakan kisah yang trkisah...:)
(sok2 ku cap...hehehehehe...)
tpi mungkin lebih baik judulx di poles dikit supaya lebih pasa dengan isix...:)
(sok jago tpi nda tau pa ku bilang...:-p)
tetap berkarya dek..
semoga sukses selalu n bisa gantikan posisi ku...;)
Terimakasih pak ketua. ;)
Hapus30 kilometer,bukan 30 meter
BalasHapusAnda org yg teliti. Trmksh sh sy revisi. :)
HapusBukan Teliti sebenarnya, cuma biasa melewati jalur itu, jadi tahu jauhnya. salam kenal.
BalasHapusSalam kenal. :)
Hapus