Rabu, 15 Februari 2017

Menanti Hari Tuk Bertemu

28 week pic by Js

Mengalami masa kehamilan adalah suatu anugerah yang besar bagi seorang perempuan. Tak terkecuali seperti halnya yang saya rasakan saat ini. Menanti dan menghitung hari serupa pergolakan batin yang rasanya campur aduk.
Bahagia, deg-degan juga was-was, berkecamuk dalam untaian do’a setiap kali bermunajat kepada-Nya. Tak urung melafalkan do’a-do’a kebaikan menyangkut  sebelum dan setelah kelahiran  sang buah hati. Masa kehamilan yang saya alami adalah masa masa yang konon tak mudah dilupa itu. Saya yang melewati fase perubahan yang nyaris banyak memberikan pengalaman dan pembelajaran. Khususnya ilmu mengenai proses perkembangan dan perubahan fisik sang ibu dan janin di dalam kandungan.
Mama saya yang sudah empat kali melahirkan seringkali tak dapat menjawab pertanyaan saya yang ini itu. Bagaimana tidak, mama saya tidak pernah mengalami hyper emesis seperti apa yang saya alami. Sejak 6 minggu kehamilan, saya harus mengalami mabuk yang kepalang tanggung merubah berat badan saya yang sudah kurusan menjadi semakin kurus. Setiap makanan yang berhasil saya lumat dengan susah payah, sebab nasi dan lauk pauknya. (Jenis makanan rumahan itu amat susah di paksa untuk sekedar di telan). Selain karena aroma makanan yang sama sekali tidak mengundang selera makan saya, yang berhasil tertelan pun harus keluar kembali sebab lambung tak mau menerima. Selama trimester pertama saya harus mengalami itu setiap hari. Tiga bulan lamanya. Tidak suka aroma dapur, bawang merah dan teman temannya. Sakit kepala melihat cahaya matahari di pagi hari, membuat saya terkadang memilih mengurung diri di dalam kamar tampa membuka orden jendela.
Mungkin tidaklah terkesan lebay untuk saya mengutarakan hal ini, menuliskan paradigma yang pada umumnya dialami oleh para wanita ketika sedang hamil. Khusunya kehamilan pertama. Dimana tubuh mengalami banyak perubahan seiring dengan keajaiban keajaiban Tuhan yang dapat kita rasakan dari  bulan ke bulan. Toh, tidak semua perempuan yang mengandung pasti akan mengalami hyper emsis, tergantung bagaimana fisik dan hormon seseorang dalam merespon kehadiran janin di dalam rahim. Namun, banyak pelajaran yang secara tidak langsung menambah khazanah kita tentang kembali mengingat kuasa Tuhan yang menggetarkan hati,  jua kembali mengingat sosok mulia ibu kita sendiri. Bersusah payahnya seorang ibu yang sejak mengandung mengalami banyak hal yang luar biasa merubah fisik bahkan mindset dalam seketika.      
Seperti soal ngidam misalnya, bisa saja dalam sekejap begitu sangat menginginkan sesuatu untuk di makan. Sangat ingin dan terjadi beberapa kali. Seperti saya, yang sangat menginginkan buah mangga masak di musim jeruk bali. Dimana memperolehnya?. Saya sempat berfikir demikian jua tapi kenapa yah, saya sangat ingin sekali. Sedikit bercerita, saat pertama ngidam saya kebetulan di rumah mertua di Pinrang. Saat itu, saya sangat mengidamkan buah mangga yang ranum. Yang kalau dikupas itu, warnanya orens menggiurkan, dipadu aromanya yang aduhai mengundang selera.. Mangga apa saja, yang jelas mangga masak. Titik.!!! Suami dan keluarga yang lain pusing juga dibuatnya. Bagaimana tidak, satu buah saja mangga masak sukarnya minta ampun. Berkali kali suami saya pergi berniat untuk mencari tapi pada akhirnya pulang dengan membawa buah yang lain. Buah jeruk. Pun berkali kali pula saya harus menelan air liur kekecewaan. Tapi mau bagaimana lagi, bahkan sesekali saya rasanya mau menangis. Buah mangga masak selalu saja menari nari di kepala, nyaris menggoda kerongkongan saya setiap hari. Saya pun mengalah. Alternatif sementara, buahnya diganti buah jeruk yang masak saja dulu. Sampai kapan? Sampai batas waktu yang tidak ditentukan. (Sampai upin ipin masuk SD barangkali. Heheehe).
Pic By Js
Yang jelas saat saya menuliskan ini, usia kehamilan saya menginjak 37 minggu. Masa masa ngidam telah jauh berlalu, dan inilah saat dimana seorang ibu sudah berada di tahap menanti hari kelahiran. Pasalnya, tak melulu sesuai tanggal HPL. Bisa maju dua minggu atau mundur paling lama dua minggu juga. Bila ditanya bagaimana perasaan saya saat ini, yang jelas deg degan sekaligus rasa tidak sabar melahirkan sang buah hati. Meski tak melulu yang dibilang  kenikmatan dari Tuhan itu diterima dengan perasaan “enak, nyaman, adem”, tapi seyogyanya melahirkan lantas meminang buah hati harus melalui proses yang tidak mudah dan gampang-gampang saja. Ada perasaan sakit yang mengiring proses menuju persalinan. Menurut tutur para ibu yang telah mengalami nikmat itu, bahwa rasanya sakit diatasnya sakitt. Maasyaa Allah. Saya tercengang kala membayangkan itu, tapi tak sebanding kemudian ketika kerinduan dihati membuncah, menanti pertemuan dengan buah hati. Sebab rasa rindu yang terpatri, yang pada kenyataanya belum pernah bertemu, sensasi rasa yang digetarkan amatlah sangat berbeda. Seolah tak perduli konsekuensi yang akan dihadapi. Toh memang demikian kan kodratnya? Justru itulah nikmat Allah yang tiada taranya. Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Duh, rindunya ibu padamu nak..
33 week pic by Js 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar