![]() |
| 28 week pic by Js |
Mengalami
masa kehamilan adalah suatu anugerah yang besar bagi seorang perempuan. Tak
terkecuali seperti halnya yang saya rasakan saat ini. Menanti dan menghitung
hari serupa pergolakan batin yang rasanya campur aduk.
Bahagia, deg-degan juga was-was, berkecamuk dalam untaian do’a setiap kali bermunajat kepada-Nya. Tak urung melafalkan do’a-do’a kebaikan menyangkut sebelum dan setelah kelahiran sang buah hati. Masa kehamilan yang saya alami adalah masa masa yang konon tak mudah dilupa itu. Saya yang melewati fase perubahan yang nyaris banyak memberikan pengalaman dan pembelajaran. Khususnya ilmu mengenai proses perkembangan dan perubahan fisik sang ibu dan janin di dalam kandungan.
Bahagia, deg-degan juga was-was, berkecamuk dalam untaian do’a setiap kali bermunajat kepada-Nya. Tak urung melafalkan do’a-do’a kebaikan menyangkut sebelum dan setelah kelahiran sang buah hati. Masa kehamilan yang saya alami adalah masa masa yang konon tak mudah dilupa itu. Saya yang melewati fase perubahan yang nyaris banyak memberikan pengalaman dan pembelajaran. Khususnya ilmu mengenai proses perkembangan dan perubahan fisik sang ibu dan janin di dalam kandungan.
Mama
saya yang sudah empat kali melahirkan seringkali tak dapat menjawab pertanyaan
saya yang ini itu. Bagaimana tidak, mama saya tidak pernah mengalami hyper emesis seperti apa yang saya
alami. Sejak 6 minggu kehamilan, saya harus mengalami mabuk yang kepalang
tanggung merubah berat badan saya yang sudah kurusan menjadi semakin kurus.
Setiap makanan yang berhasil saya lumat dengan susah payah, sebab nasi dan lauk
pauknya. (Jenis makanan rumahan itu amat susah di paksa untuk sekedar di telan).
Selain karena aroma makanan yang sama sekali tidak mengundang selera makan
saya, yang berhasil tertelan pun harus keluar kembali sebab lambung tak mau
menerima. Selama trimester pertama saya harus mengalami itu setiap hari. Tiga
bulan lamanya. Tidak suka aroma dapur, bawang merah dan teman temannya. Sakit
kepala melihat cahaya matahari di pagi hari, membuat saya terkadang memilih
mengurung diri di dalam kamar tampa membuka orden jendela.
Mungkin
tidaklah terkesan lebay untuk saya mengutarakan hal ini, menuliskan paradigma yang
pada umumnya dialami oleh para wanita ketika sedang hamil. Khusunya kehamilan
pertama. Dimana tubuh mengalami banyak perubahan seiring dengan keajaiban
keajaiban Tuhan yang dapat kita rasakan dari
bulan ke bulan. Toh, tidak semua perempuan yang mengandung pasti akan
mengalami hyper emsis, tergantung
bagaimana fisik dan hormon seseorang dalam merespon kehadiran janin di dalam
rahim. Namun, banyak pelajaran yang secara tidak langsung menambah khazanah
kita tentang kembali mengingat kuasa Tuhan yang menggetarkan hati, jua kembali mengingat sosok mulia ibu kita
sendiri. Bersusah payahnya seorang ibu yang sejak mengandung mengalami banyak
hal yang luar biasa merubah fisik bahkan mindset
dalam seketika.
Seperti
soal ngidam misalnya, bisa saja dalam sekejap begitu sangat menginginkan
sesuatu untuk di makan. Sangat ingin dan terjadi beberapa kali. Seperti saya,
yang sangat menginginkan buah mangga masak di musim jeruk bali. Dimana
memperolehnya?. Saya sempat berfikir demikian jua tapi kenapa yah, saya sangat
ingin sekali. Sedikit bercerita, saat pertama ngidam saya kebetulan di rumah
mertua di Pinrang. Saat itu, saya sangat mengidamkan buah mangga yang ranum.
Yang kalau dikupas itu, warnanya orens menggiurkan, dipadu aromanya yang aduhai
mengundang selera.. Mangga apa saja, yang jelas mangga masak. Titik.!!! Suami
dan keluarga yang lain pusing juga dibuatnya. Bagaimana tidak, satu buah saja
mangga masak sukarnya minta ampun. Berkali kali suami saya pergi berniat untuk
mencari tapi pada akhirnya pulang dengan membawa buah yang lain. Buah jeruk.
Pun berkali kali pula saya harus menelan air liur kekecewaan. Tapi mau
bagaimana lagi, bahkan sesekali saya rasanya mau menangis. Buah mangga masak
selalu saja menari nari di kepala, nyaris menggoda kerongkongan saya setiap
hari. Saya pun mengalah. Alternatif sementara, buahnya diganti buah jeruk yang
masak saja dulu. Sampai kapan? Sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
(Sampai upin ipin masuk SD barangkali. Heheehe).
![]() |
| Pic By Js |
Yang
jelas saat saya menuliskan ini, usia kehamilan saya menginjak 37 minggu. Masa
masa ngidam telah jauh berlalu, dan inilah saat dimana seorang ibu sudah berada
di tahap menanti hari kelahiran. Pasalnya, tak melulu sesuai tanggal HPL. Bisa
maju dua minggu atau mundur paling lama dua minggu juga. Bila ditanya bagaimana
perasaan saya saat ini, yang jelas deg degan sekaligus rasa tidak sabar
melahirkan sang buah hati. Meski tak melulu yang dibilang kenikmatan dari Tuhan itu diterima dengan
perasaan “enak, nyaman, adem”, tapi seyogyanya melahirkan lantas meminang buah
hati harus melalui proses yang tidak mudah dan gampang-gampang saja. Ada
perasaan sakit yang mengiring proses menuju persalinan. Menurut tutur para ibu
yang telah mengalami nikmat itu, bahwa rasanya sakit diatasnya sakitt. Maasyaa Allah. Saya tercengang kala membayangkan itu, tapi tak sebanding kemudian ketika
kerinduan dihati membuncah, menanti pertemuan dengan buah hati. Sebab rasa
rindu yang terpatri, yang pada kenyataanya belum pernah bertemu, sensasi rasa
yang digetarkan amatlah sangat berbeda. Seolah tak perduli konsekuensi yang
akan dihadapi. Toh memang demikian kan kodratnya? Justru itulah nikmat Allah
yang tiada taranya. Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Duh,
rindunya ibu padamu nak..
![]() |
| 33 week pic by Js |



Tidak ada komentar:
Posting Komentar