Kamis, 23 Oktober 2014

Ladang Penggugur Dosa



Syafakillah, dek. Ikhlas & sabar. InsyaAllah menjadi ladang penggugur dosa
(Dikpa Sativa)
^:^

Seminggu yang lalu. Masih kudapati wajah yang dipolesi dengan cream merk termahsyur di negeri ini. Merk cream yang sering nongol di Tipi - tipi .
Senyum terlukis malu–malu saat ku dapati wajah itu menjadi  molek bak boneka barbie (fuihh, berlebihan). Sedikit polesan agar sedikit terlihat menawan untuk menghadiri acara pernikahan pindu’ku.(Ritual kebanyakan wanita sebelum ke hajatan). Dandan.

Selepas perhelatan, penat dan lelah mulai merajai tubuh. Kudapati sesuatu yang berbeda keesokan harinya. Bentol di wajah. Waduhhh, jerawatt. Mungkin karena polesan make up. Batinku.

Biar ku polesi bedak basah tampa merk buatan nenek. Terbuat dari beras merah yang di tumbuk, ditambah campuran temulawak & kunyit. (Sudah serupa resep penambah nafsu makan saja yah.? hehe)  Biasanya, akan segera hengkang setelah ku olesi serupa masker setiap akan berangkat tidur dan bantal pun terkaget-kaget karena wajahku ditebali oleh lumuran yang akan terkikis sedikit demi sedikit saat mengering. Dan terkadang, mataku pun kelilipan dibuatnya. Tak ada sistem kapok so’al itu. Yah, hanya terkadang, sudah kukatan itu sebelumnya. Tak selalu kelilipan, tenang saja. Akan lebih menggundakan hati jikalau jerawat itu mentereng di wajah tampa ampun.

Setelah ritual itu menjadi senjata terampuhku bertahun-tahun, (bertahun-tahun? Kaya' tong lama sekali mi hidup. *wkwk). Hari itu kenyataan yang sebenarnya telah mematahkan kenyataan yang pernah ada sebelumnya. Luruh, luluh lantak.  Bukan, bukan letak masalah pada bedak basahnya. Ternyata, bentol itu bukanlah jenis jerawat yang ku sama-samakan dengan kasus kasak-kusukku selama ini. Bedak basah tak dapat membantu kali ini. Bentol yang timbul di wajah, tiba-tiba membesar dan memerah membentuk ruam dan menjelmakan wajahku terlihat aneh. Bukan hanya itu, merambah diam-diam ke seluruh permukaan tubuh. Tepatnya sekujur tubuh. Apaa ini? bahkan ruam yang timbul mengandung air (nanah). 

Tubuhku pun tiba-tiba di kerumuni suhu tubuh yang tak lagi normal. Entah berapa derajat, yang jelas nafsu makanku menjadi berkurang, nyaris hilang. Mataku sayu dan mulutku tak berhenti berkotek seperti induk ayam, karena ngeri menahan gatal pada ruam yang gatalnya sungguh menggigit. Mama bolak balik cari obatnya. Na bilang tanteku, na kennaka’ puru. Itu bentol tidak boleh di garuk karena jika ruam pecah, akan meninggalkan bekas. Semalaman mataku terkantuk-kantuk melawan rasa gatal. Tapi tetap saja, kantuk kalah dan gatal yang menang. Gatal pada setiap bulir ruam membuatku tersipit- sipit dengan kening berkerut-kerut. Gatalnya sekujur tubuh, wajah juga. Gatal tapi tidak boleh di garuk (pesan mamaku). Itu adalah tragedi langka bagiku yang teramat sulit ku jelaskan rasanya. Pokoknya ndak enak sekali.

Keesokan harinya, gatal masih saja merecoki hariku. Menggangu selera makanku dan membuatku tertahan dengan telak. Tidak boleh mandi sampai kering semua. Berarti semua aktifitas juga tertahan untuk sementara, sampai masa pengasingan ini usai. Inimi di bilang cacar air. Banyak tong ku dengar pantangannya na bilang orang tuayya. Melihat kondisi anak sulungnya yang malang ini, mamaku tidak tinggal diam. Nacari’ semua mi obatnya. Hari demi hari, saya pun harus meneguk beberapa ramuan. Ramuan nomer wahid adalah kasumba bugis, semua menyarankan seperti itu. Iparnya mama’ku, neneku ku, temanku di facebuk juga bilang begitu. Oke, sinimi itu ramuan biar langsung ku minum. Nah setelah itu adalah air kelapa. Ini saya minum di hari ke tiga, saya hanya meminumnya sekali, berhubung hanya sekali pula mamaku membeli kelapa. Untung air kelapanya cukup meruah. 

Edisi yang paling melilit dan menyiksa adalah saat sakit, perih dan nyeri bersamaan menggerogoti tubuh. Hasilnya adalah kaloborasi yang memilukan urat nadi. Bagaimana tidak, demam dan cacar air ini juga kemudian menyusul nyeri haid yang tak tertahankan. Di tengah malam, tidur mamaku terganggu karenaku yang terbangun dan meraung kesakitan oleh nyeri di seperdua tubuh. Nyeriii sekalii. Nyeri haid juga ngak mau kompromi kali ini. Untung gatalnya sudah redah. Tak terbayang jika masih, apa kiranya hasil dari kaloborasi yang di hasilkan.Ukh.....!!! (Tutup mata, usap dada)

Ramuan selanjutnya adalah juz mengkudu. Ini saya dapat sendiri dari browsing di internet. (Sakit, tapi sempat-sempatnya). Ini demi kesembuhanku dan kebaikan bersama. Hehehe. Ini penyakit menular, dan itu terbukti dari berhasilnya virus cacar ini menulariku dari adik bungsuku. Kemudian, cacar dari saya pun menular ke adik cewe’ku yang saat aku menuliskan ini, dia sudah sembuh. Bisami loncat tali dan cacarnya sudah mengering, tidak terlalu banyak ruam dan di wajahnya hanya tumbuh dua. Sempat ngiri, Kenapa begituu? Maksud saya, kenapa na saya banyak begini?. Tapi katanyan sih mending demikian, supaya ruamnya keluar semua. Orang yang sudah terkena cacar air, akan kebal akan virus herpes ini. Dan dipastikan semua orang pernah dan akan mengalami hal serupa. Demikian kata penulis dari beberapa artikel yang ku jumpai di internet. 

Hari ini, adalah hari ke 6 saya melakoni kondisi seperti ini. Demam saya sudah turun, sudah tidur sendiri, nyuapin nasi di mulut sendiri dan tidak oleng lagi saat berjalan. Tapi masih menunggu ruam yang menghitam ini mengering dan koreng. Kata mama, kunyit sudah siap. Artinya, saat semua kering tibalah saatnya untuk saya mandi kunyit dan daun paria. Setelah itu, brulah kemudian di baluri jagung muda yang sudah di parut, agar kropeng dan bekasnya cepat hilang. Supaya tak meningglkan jejak terlalu lama dan keadaan kulit ku bisa seperti semula. Yang jelas, dari semua ramuan dan ritual bertahap itu, nda’berhentika’ kurasa di tui’. Nenek menganjurkan seperti itu. Bagus ki bedeng. >_<

Ada hal yang sangat ingin ku lalui, ada event menarik bulan ini. Ahad, tertanggal 26 oktober, Jalan Sehat 1 Muharram 1436 H. Sangatt ingin, sangat bersemangatt. Bersua dengan sesama saudara seiman se kab. Maros. Wah, moment yang indah sekali. Yang terseru dan menggiurkan, adalah door prize nya. Kan kali’ aja aku dapat  kulkas, atau sepeda. Wah kan asyikk. Maunya sih begitu. Mau saya. Langsung drop lihat cacar di sekujur tubuh, apalagi yang di wajah. Seperti naik tangga, terus pas di injak, anak tangganya malah patah. ALAMAKKK...(langsung ngilu gigiku. >_<)

Adakah ku temui diriku di tgl itu dengan wajah tak lagi terlihat aneh di depan cermin??

"Saat sakit, nyeri & perih bergantian bahkan bersamaan menggerogoti tubuh. Apakah terbaring menjadi satu-satunya pilihan ?!"
*Semoga semua kan baik-baik saja.*

 
*Do’akan kesembuhanku. ^:^*





Tidak ada komentar:

Posting Komentar