Jumat, 17 Oktober 2014

Denting Suara Hening



Ketika malam merambat dan kesunyian menghentakkan jiwa tuk berdamai dengan lelah. Apatah persoalan-persoalan hidup pagi tadi hingga petang mengikis dari isi kepala?

 Ingin aku serupa merasa itu, bahkan ku jauhkan segala jenuh ku seraya memandang bulan sabit yang ranum dengan latar warna hitam pekat di malam hening. Namun sayang, tak kulihat sepotong bulan pun di langit sana. Hingga memilih duduk tergugu dengan merecoki pikiran sendiri. Lantas mengulang mantra-mantra kehidupan, tuk menempa hati yang kan memulai kembali episode-episode hidup yang aral dan terjal.  

Malam sunyi, hening dan suara jangkrik bernyanyi serupa kawanan pendamai hati bertabiat rendah hati. Memilin-milin  sendu, mengulang kenangan yang terajut sejak waktu meliuk menjauh.Terus berjalan, berputar dan meninggalkan kala itu menjadi masa lalu. Dan waktu menyuguhkan hari ini, di malam sunyi ini di masaku yang sekarang.  

Rentetan persoalan yang ku harap mengikis. Diriku yang dibersamai malam hening membuat segala alir kepalaku meloncat-loncat ingin menyatakan sesuatu. Biar segala kuramu dengan seonggok pilu. Walau pilu mengundang ngilu, namun ia sepaket mantra kehidupan yang menguatkan langkah selanjutnya bukan? (setelah kau terjatuh beberapa kali, justru setelah itu kau semakin kuat) Ahahaa... lantas malam ini apa yang membersamai pikiranmu? Apa ada? Atau cukuplah hening malam yang membersamaimu, aku, kitaUkh....Malam serupa teman karib yang datangnya selalu tepat waktu.

Hening.

Maros, 17 0kt 14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar