Selasa, 10 Juni 2014

Pesona FLP di Mataku

Ini nih, essai yang aku buat sebagai salah satu persayaratan masuk FLP cabang Makassar. Entah ini termasuk sebagai essai, yang jelas inilah yang tercipta berdasarkan apa yang aku fikirkan.:) (yang penting ngak ke luar dari tema. Hehhe)



Aku suka menulis. Menuliskan apa saja jika moodku  mengajak untuk menarikan jariku di tust keyboard. Atau menuliskan segala titah yang mengalir di kepalaku dengan pena di halaman kertas diaryku. Terkadang aku sendiri merasa kehabisan ide. Tak tahu harus memulai kata dari mana. Atau gagasan itu mengalir begitu saja hingga membuatku asyik dengan duniaku sendiri. Yang kutuliskan tak lebih dari apa yang kurasakan. Kebanyakan menulis curhatan tatkala tak punya kawan untuk diajak berbagi. Itu membuatku lebih nyaman. Namun, tempat curhat yang paling menenangkan adalah curhat kepada sang pemilik hati. Yakni, Allah Swt karena hanya kepada_Nya, curhatku ku lontarkan lebih mendalam. Nah, dengan menuliskan apa yang aku rasakan juga menjadi alternatif yang amat melegakan.
            Entah mengapa aku sangat menyukai sastra. Aku suka segala bentuk sastra seperti Puisi, drama, prosa, prosa lirik dan pujangga lama (pantun). Intinya, aku suka pelajaran bahasa Indonesia. Waktu Madrasah Tsanawiyah, karya sastra yang sangat menginspirasiku dalam pelajaran Bahasa Indonesia adalah puisi karya Chairil Anwar – Aku. Membaca setiap kata dan rangkaian kalimatnya seperti menguak maksud yang tersirat di dalamnya. Ada ilustrasi yang menegaskan kata Aku sebagai pelaku di dalamnya. Puisi itu penuh makna. Puisi Chairil Anwar membawa kita dalam semangat hidup walau banyak orang yang meremehkan. Bahkan yang tak menganggap kita sama sekali. Tak lepas dari kenyataan yang memang aku alami sendiri. Puisi yang membuatku seolah dialiri ribuan Volt dalam jantungku hingga memompa darah bahkan semangatku.
            Sejak saat itu, aku senang menuliskan apa saja yang kurasakan. Menulis puisi dan cerpen pun menjadi suatu pilihan. Meski terkadang, aku jadi sensi sendiri. Masih banyak segudang  kesalahan disana sini. Aku hanya bisa terkagum kagum dengan karya para penulis yang luar biasa seperti Om Andrea Hirata. Memiliki bahasa tingkat tinggi dan oase kalimat yang menupas kedangkalan ilmu. Bahasanya mengajak pembaca untuk ikut mengetahui akan ilmu yang ia paparkan. Seperti karyanya di Novel Laskar Pelangi. Karya yang memiliki nilai sastra tersendiri. Pandangan, kebudayaan, pendidikan, bahkan persahabatan seolah diapik menjadi satu kesatuan dengan sedemikian rupa dalam satu konsep. Yakni, pelajaran tentang kehidupan. Di dalamnya mengupas dengan lugas sisi kearifan lokal kehidupan  laskar pelangi yang mengejar pendidikan dalam keterbatasan di salah satu daerah di belahan Pulau Sumatera. Belitung. Decak kagum pada penulis hebat itu membuatku merasa perlu wadah. Aku merasa aku ingin menjadi penulis. Tapi, keterpurukan, tekanan batin dan pesimisme yang menjejali hati membuatku menjadi miskin karya. Hingga aku merasa perlu wadah itu. Sebuah literatur yang membawaku pada kepercayaan diri dalam berkarya. Wadah yang membuatku lebih pandai dalam memilih kata. Wadah yang mengantarkanku pada pertemuan dengan orang orang yang memiliki mimpi yang sama untuk di wujudkan. Mimpi menjadi penulis. Sejauh ini, aku hanya menjadi penulis di beranda. Aku berharap, semoga suatu saat aku bisa melahirkan sebuah karya. Menerbitkan sebuah novel misalnya. Atau mungkin, aku hanya berkutat menjadi seorang penulis di blog. Tapi oh, tak mengapa. Meskipun saat ini, aku sendiri belum memiliki blog. Hohohho.
            Suatu ketika, aku bersama teman teman madrasah mengikuti kegiatan seminar yang di adakan oleh salah satu organisasi di Maros. Aku lupa detail hari, tanggal dan bulannya. Yang jelas, disitulah awal saya mengenal FLP. Pada saat itu, yang menjadi pemateri di seminar yang bertema “Remaja Dan Cinta” adalah Fakhruddin Akhmad (Trainer, Badan Pengurus Pusat FLP). Selain mendapat ilmu, pengalaman dan sertifikat pada kegiatan itu, kakak sepupu yang juga menjadi panitia pelaksana menghadiahkan aku dua buku karya  Fakhruddin Akhmad yang bertema “Remaja dan Cinta“ serta Platonik yang memaparkan tips membuat puisi dan contoh karya puisi oleh Fakhruddin Akhmad. Saat itu aku pun bertekad, jika sudah kuliah dan jadi mahasiswi, aku ingin bergabung di Forum ini.
            Dua bulan yang lalu, aku iseng iseng membuka profil facebook seorang akhwat yang menarik hatiku. Aku ingin tahu lebih jauh. Sparkling Autumn, setiap statusnya adalah kata kata sastra dan diksi yang indah. Aku termotifasi akan figurnya. Mencoba mengenalnya lewat chat dan menanyakan forum itu. Forum yang kunantikan. Lugas, ia sosok kakak yang ramah dan baik hati. Menjawab serentetan pertanyaan dariku, begitu pula sebaliknya. Ternyata benar,  dia termasuk anak FLP. Siipp. Perkenalan pun berlanjut. Tak lebih dari perkenalan sederhana ala Rahmawati Auliyah.
            Aku ingat tekadku dua tahun yang lalu. Ikut FLP jika aku sudah mahasiswi. Dan aku rasa inilah saatnya. Sayangnya, kampusku tidak mempunyai ranting flp yang bisa mewadahi. Selain karena kampusku lingkupnya kecil, minat mahasiswa untuk menulis pun amat sangat minim. Bahkan dapat di hitung jari. Hanya satu barangkali. Dan itu aku. Kak Sparkling Autum yang pada akhirnya  memberiku info mengenai perekrutan dan training FLP Cabang Makassar. Melalui akun pertemanan kak Sparkling Autumn lah aku mencoba mentagg teman teman FLP nya. Meskipun ada diantaranya yang aktif di berbeda cabang maupun ranting, ya tak mengapa. Yang jelas,  aku sangat antusias. Karena bagiku, FLP dan kadernya adalah keren! Berteman dengan mereka di akun facebook membuatku mudah memperoleh informasi mengenai perekrutan ini. Berselang beberapa hari, info mengenai perekrutan anggota FLP  pun kian berhujanan di akun facebookku khususnya di bulan April. Lugas, Aku pun buka blog FLP Cabang Makassar, setelah aku memperoleh famplet nya yang di tag di wall dan chat facebookku. Aku membaca dengan seksama apa yang menjadi persyaratannya. Salah satunya adalah membuat sebuah esai yang bertema “Aku, flp, dan dakwah kepenulisan”. Alhamdulillah, aku coba. Menulis esai menyangkut tema ini, adalah menelisik kembali motifasi yang telah bersemayam di hatiku. FLP, oh FLP. Di Organisasi ini, aku akan bertemu dengan teman teman baru. Dan tentu saja akan mengenali mereka yang lebih dulu. Aku ingin banyak belajar dari mereka. Khususnya yang telah melahirkan banyak karya.  Karya mereka yang sudah dimuat di media massa, dengan balutan kalimat yang semakin mengalir dengan deras. Terus menginspirasi, mengajarkan dedikasi dan terus berpacu dalam lingkaran pena yang mendidik. Penulis yang menuliskan tentang peradaban ummat. Menuliskan sesuatu yang bermanfaat. Karena FLP adalah organisasi inklusif yang berazaskan Islam. Hingga semangatku kian ku pacu. Ingin seperti mereka tentunya, tentang karya mereka yang indah. Indah, karena dari hati. :)

Makasar, 29 April 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar