Ini nih, essai yang aku buat sebagai salah satu persayaratan masuk FLP cabang Makassar. Entah ini termasuk sebagai essai, yang jelas inilah yang tercipta berdasarkan apa yang aku fikirkan.:) (yang penting ngak ke luar dari tema. Hehhe)
Aku suka menulis. Menuliskan apa
saja jika moodku mengajak untuk
menarikan jariku di tust keyboard. Atau menuliskan segala titah yang
mengalir di kepalaku dengan pena di halaman kertas diaryku. Terkadang aku
sendiri merasa kehabisan ide. Tak tahu harus memulai kata dari mana. Atau
gagasan itu mengalir begitu saja hingga membuatku asyik dengan duniaku sendiri.
Yang kutuliskan tak lebih dari apa yang kurasakan. Kebanyakan menulis curhatan
tatkala tak punya kawan untuk diajak berbagi. Itu membuatku lebih nyaman.
Namun, tempat curhat yang paling menenangkan adalah curhat kepada sang pemilik
hati. Yakni, Allah Swt karena hanya kepada_Nya, curhatku ku lontarkan lebih
mendalam. Nah, dengan menuliskan apa yang aku rasakan juga menjadi alternatif yang
amat melegakan.
Entah mengapa aku
sangat menyukai sastra. Aku suka segala bentuk sastra seperti Puisi, drama,
prosa, prosa lirik dan pujangga lama (pantun). Intinya, aku suka pelajaran
bahasa Indonesia. Waktu Madrasah Tsanawiyah, karya sastra yang sangat
menginspirasiku dalam pelajaran Bahasa Indonesia adalah puisi karya Chairil
Anwar – Aku. Membaca setiap kata dan rangkaian kalimatnya seperti menguak
maksud yang tersirat di dalamnya. Ada ilustrasi yang menegaskan kata Aku
sebagai pelaku di dalamnya. Puisi itu penuh makna. Puisi Chairil Anwar membawa
kita dalam semangat hidup walau banyak orang yang meremehkan. Bahkan yang tak
menganggap kita sama sekali. Tak lepas dari kenyataan yang memang aku alami
sendiri. Puisi yang membuatku seolah dialiri ribuan Volt dalam jantungku hingga
memompa darah bahkan semangatku.
Sejak saat itu,
aku senang menuliskan apa saja yang kurasakan. Menulis puisi dan cerpen pun
menjadi suatu pilihan. Meski terkadang, aku jadi sensi sendiri. Masih banyak segudang kesalahan disana sini. Aku hanya bisa terkagum
kagum dengan karya para penulis yang luar biasa seperti Om Andrea Hirata. Memiliki
bahasa tingkat tinggi dan oase kalimat yang menupas kedangkalan ilmu. Bahasanya
mengajak pembaca untuk ikut mengetahui akan ilmu yang ia paparkan. Seperti
karyanya di Novel Laskar Pelangi. Karya yang memiliki nilai sastra tersendiri.
Pandangan, kebudayaan, pendidikan, bahkan persahabatan seolah diapik menjadi
satu kesatuan dengan sedemikian rupa dalam satu konsep. Yakni, pelajaran
tentang kehidupan. Di dalamnya mengupas dengan lugas sisi kearifan lokal
kehidupan laskar pelangi yang mengejar
pendidikan dalam keterbatasan di salah satu daerah di belahan Pulau Sumatera. Belitung.
Decak kagum pada penulis hebat itu membuatku merasa perlu wadah. Aku merasa aku
ingin menjadi penulis. Tapi, keterpurukan, tekanan
batin dan pesimisme yang menjejali hati membuatku menjadi miskin karya. Hingga
aku merasa perlu wadah itu. Sebuah
literatur yang membawaku pada kepercayaan diri dalam berkarya. Wadah yang
membuatku lebih pandai dalam memilih kata. Wadah yang mengantarkanku pada
pertemuan dengan orang orang yang memiliki mimpi yang sama untuk di wujudkan. Mimpi
menjadi penulis. Sejauh ini, aku hanya menjadi penulis di beranda. Aku berharap,
semoga suatu saat aku bisa melahirkan sebuah karya. Menerbitkan sebuah novel
misalnya. Atau mungkin, aku hanya berkutat menjadi seorang penulis di blog.
Tapi oh, tak mengapa. Meskipun saat ini, aku sendiri belum memiliki blog.
Hohohho.
Suatu ketika, aku
bersama teman teman madrasah mengikuti kegiatan seminar yang di adakan oleh salah
satu organisasi di Maros. Aku lupa detail hari, tanggal dan bulannya. Yang
jelas, disitulah awal saya mengenal FLP. Pada saat itu, yang menjadi pemateri
di seminar yang bertema “Remaja Dan Cinta” adalah Fakhruddin Akhmad
(Trainer, Badan Pengurus Pusat FLP). Selain mendapat ilmu, pengalaman dan sertifikat
pada kegiatan itu, kakak sepupu yang juga menjadi panitia pelaksana menghadiahkan
aku dua buku karya Fakhruddin Akhmad yang
bertema “Remaja dan Cinta“ serta Platonik yang memaparkan tips membuat
puisi dan contoh karya puisi oleh Fakhruddin Akhmad. Saat itu aku pun bertekad,
jika sudah kuliah dan jadi mahasiswi, aku ingin bergabung di Forum ini.
Dua bulan yang
lalu, aku iseng iseng membuka profil facebook seorang akhwat yang
menarik hatiku. Aku ingin tahu lebih jauh. Sparkling Autumn, setiap
statusnya adalah kata kata sastra dan diksi yang indah. Aku termotifasi akan
figurnya. Mencoba mengenalnya lewat chat dan menanyakan forum itu. Forum yang
kunantikan. Lugas, ia sosok kakak yang ramah dan baik hati. Menjawab
serentetan pertanyaan dariku, begitu pula sebaliknya. Ternyata benar, dia termasuk anak FLP. Siipp. Perkenalan pun
berlanjut. Tak lebih dari perkenalan sederhana ala Rahmawati Auliyah.
Aku ingat tekadku dua tahun yang lalu. Ikut FLP jika aku sudah
mahasiswi. Dan aku rasa inilah saatnya. Sayangnya, kampusku tidak mempunyai
ranting flp yang bisa mewadahi. Selain karena kampusku lingkupnya kecil, minat
mahasiswa untuk menulis pun amat sangat minim. Bahkan dapat di hitung jari.
Hanya satu barangkali. Dan itu aku. Kak Sparkling Autum yang pada
akhirnya memberiku info mengenai
perekrutan dan training FLP Cabang Makassar. Melalui akun pertemanan kak Sparkling
Autumn lah aku mencoba mentagg teman teman FLP nya. Meskipun ada
diantaranya yang aktif di berbeda cabang maupun ranting, ya tak mengapa. Yang
jelas, aku sangat antusias. Karena
bagiku, FLP dan kadernya adalah keren! Berteman dengan mereka di akun facebook
membuatku mudah memperoleh informasi mengenai perekrutan ini. Berselang
beberapa hari, info mengenai perekrutan anggota FLP pun kian berhujanan di akun facebookku khususnya
di bulan April. Lugas, Aku pun buka blog FLP Cabang Makassar, setelah aku
memperoleh famplet nya yang di tag di wall dan chat facebookku. Aku membaca
dengan seksama apa yang menjadi persyaratannya. Salah satunya adalah membuat
sebuah esai yang bertema “Aku, flp, dan dakwah kepenulisan”. Alhamdulillah, aku
coba. Menulis esai menyangkut tema ini, adalah menelisik kembali motifasi yang telah
bersemayam di hatiku. FLP, oh FLP. Di Organisasi ini, aku akan bertemu dengan
teman teman baru. Dan tentu saja akan mengenali mereka yang lebih dulu. Aku
ingin banyak belajar dari mereka. Khususnya yang telah melahirkan banyak karya.
Karya mereka yang sudah dimuat di media
massa, dengan balutan kalimat yang semakin mengalir dengan deras. Terus
menginspirasi, mengajarkan dedikasi dan terus berpacu dalam lingkaran pena yang
mendidik. Penulis yang menuliskan tentang peradaban ummat. Menuliskan sesuatu
yang bermanfaat. Karena FLP adalah organisasi inklusif yang berazaskan Islam. Hingga
semangatku kian ku pacu. Ingin seperti mereka tentunya, tentang karya mereka
yang indah. Indah, karena dari hati. :)
Makasar, 29 April 2014

Tidak ada komentar:
Posting Komentar