Jumat, 13 Juni 2014

Tabir Cinta Menemukannya



Tak ada yang istimewa dari dirinya, penampilan sederhana ala anak kuliahan yang bersahaja.
Kemeja murahan yang tak banyak jumlahnya selalu ia kenakan bergantian agar  terlihat lebih formal. Plus celana kain yang warnanya mulai memudar. Tubuhnya yang tinggi kurus menegaskan kesan betapa suka duka yang menerpa adalah sebuah perjuangan mutlak seorang mahasiswa yang harus merasakan makan saja susah. Namun, ia menganggap semua itu sebuah berkah dari Allah Swt atas kegigihannya selama ini. Setidaknya ia dapat mengenyam pendidikan di bangku kuliah berkat beasiswa. Masterpiece seorang mahasiswa sederhana bermental baja.
Mahasiswa sederhana itu bernama Farid Gaffar, Ia adalah seorang  anak yatim yang  telah ditinggalkan oleh sang Ibu  semenjak berusia 3 bulan. Usia dimana dekapan ibu menjadi dekapan paling hangat dibandingkan dekapan siapa pun dari  penjuru dunia. Usia dimana kasih sayang ibu seperti telaga kautsar yang melepaskan dahaga dalam seketika. Namun semua itu tidak dirasakan oleh lelaki berkulit putih itu. Nostalgia bayangan wajah ibu pun tak tersimpan di memorinya. Bukan karena melupakan begitu saja, tetapi karena memori yang masih terlalu muda untuk menyimpan kenagan bersama sang ibu. Hingga akhirnya ditinggalkan untuk selamanya.
Sang ibu terserang penyakit setelah menjalani persalinan. Menurut pendapat orang-orang tua, ibunya itu terserang penyakit karena adanya ilmu ghaib semacam santet yang dikirim oleh orang  berhati jahannam. Usut punya usut, santet itu tujuannya kepada sang suami, tapi justru salah sasaran. Singkat cerita, banyak yang menginginkan sang ibu yang rupawan. Tetapi, nasib berkata lain, kecantikan yang menawan berujung petaka.
Mungkin masa kecil Farid sesuai dengan pribahasa yang berbunyi, “Ibu Mati, ayah berjalan” Sepeniggal ibunya, Farid kecil tak tinggal bersama sang ayah. Ia di abaikan, kerena sang ayah memutuskan untuk menikah lagi. Farid kecil  pun diasuh oleh neneknya, dua tante yang perawan tua dan satu tante yang masih remaja. Farid kecil tumbuh menjadi anak yang tekun, rajin, dan sederhana. Sepulang sekolah, ia menggembala kerbau milik neneknya, di lakukannya dengan senang hati. Menyusuri pematang sawah dan duduk manis di atas punggung kerbau peliharaannya. Beda halnya dengan adik tiri  yang menyebalkan., sangat cengeng dan manjanya bukan kepalang. Hanya perkara sepele soal makanan saja Farid harus mendapat cambukan tampa ampun Knok out. Farid berlari terbirit-birit mencari perlindungan ia berlindung di balik pohon mangga deko sambil menjerit kesakitan karena cambukan sang ayah. Nampaknya, sudah tidak ada lagi kasih sayang dari sang ayah yang ia torehkan kepada anak yang malang. Hingga bekas cambukan itu ia bawa bersama luka perih tiada terperi hingga ia dewasa.
Terlepas dari kenangan pahit masa kecilnya itu, Farid bertahan tak gentar mencoba tetap tegar dan tumbuh menjadi Farid dewasa yang berkarakter. Kebiasaan sederhana ia bawah hingga ia dewasa sebagaimana kenyataan hidupnya saat itu. “Tak ada lemari kardus pun jadi” Di asrama tempat ia tinggal, ia memiliki sahabat yang senasib dengan dirinya. Sahabtnya itu bernama Kholid.Tubuh tinggi semampai dan sedikit kemayau.Usut punya usut, lelaki berusia 21 tahun itu piawai dalam membuat kue kering maupun kue basah. Demi menambah pundi-pundinya, ia memanfaatkan waktu diluar jam kuliah untuk membuat kue seperti kue donat, roti goreng dan kue dadar. Tak lain tak bukan kue-kue itu ia jajakkan di kantin kampus. Sementara Farid sendiri menjadi guru private sebagai guru mengaji di salah satu rumah di perumahan eliet yang ada di Makassar. Itulah potret kehidupan dua mahasiswa yang tak kenal putus asa. Berjuang mempertahankan kuliah mereka untuk meraih kecemerlangan meraih masa depan yang gemilang.
Hari itu tak seperti biasanya, ia datang berkunjung ke rumah tante dengan  membawa sesuatu yang berbeda. Biasanya ia datang  bersama teman lelaki apabila usai PKL di Pengadilan Agama sekalian mampir. Tapi kali ini, ia datang bersama seorang wanita yang tak pernah ditemui sebelumnya. Olala, barangkali Farid telah menemukan tambatan hatinya setelah sekian lama berkelana dalam dunia fatamorgana.Tinggi wanita berjilbab itu sekitar 150 cm dengan balutan pakaian yang ekstrem dan terkesan fanatik. Hanya wajah dan kedua telapak tangannya saja yang tersingkap, yang lain terttutup rapat. Sikapnya sopan dan sangat ramah,  wajahnya yang biasa saja hanya kedua bola matanya memancarkan kebaikan dan ikhwal dirinya yang muslimah. Amboy….. Ternyata bidadari dunia itu memang ada!
Keluarga Farid menyambut baik tamu baru itu, karena keramahan, sikap santun dan kesalehannya, membuat ia cepat akrab. Setelah hari tu, hari dimana kejadian berbeda itu terjadi, wanita bernama Zahrani yang pernah di bawah oleh Farid menjadi tak sungkan untuk datang berkunjung kembali. Bahkan ia sudah menganggap keluarga Farid sebagai keluarganya sendiri. Terlepas dari rutinitasnya sebagai guru TK, ia menyempatkan diri untuk datang berkunjung. Setiap datang silaturahmi, ia pasti membawa sesuatu yang ia berikan kepada adik sepupu Farid yang masih kecil-kecil. Setiap mendapat bingkisan tersebut, Lia  imut dan Fozan yang energik meraih bingkisan itu dan berlari kegirangan. Senangnya bukan kepalang! Zahrani tersenyum simpul melihat tingkah mereka yang menggemaskan.
***
Demi menyelesaikan studynya di Al-Azhar Center Makassar program strata satu jurusan syari’ah, Farid harus melakukan PKL selama sebulan full yakni pada bulan Rhamadan. Jika tahun lalu ia ditempatkan di Kendari, maka kali ini ia ditempatkan di Mamuju SUL-BAR. Selama ia disana, ia menjadi imam shalat tharwih dan pengkotbah pada Hari Raya Idul Fitri.
Sepulangnya dari Mamuju, lelaki bermata sipit itu mendapat info dari salah satu Ikhwa teman tausiyahnya yang berdomisili di Mamuju bahwa ada seorang akhwat yang jatuh hati.Wanita itu terpikat pada kelihaian Seorang Farid Gaffar di atas mimbar. Ia bersedia di lamar dan menunggu jawaban Farid perihal niat baiknya. Wanita misterius itu adalah salah satu dari jamaah Shalat Tarwih Masjid Al- Mubaraq tempat Farid melaksanakan tugasnya sebagai seorang Da’i.
Farid menyambut baik info tersebut. Tapi sebaliknya, sontak membuat  keluarga Farid tercengang mendengarkan penuturan lelaki berwajah oriental itu. Ia memohon restu bersungut-sungut untuk mempersunting akhwat misterius yang mulai mengusik tidur dan mengganggu selera makannya. Ia terombang ambing oleh dilema antara rasa penasaran dan keinginannya untuk melepas masa lajang.Tante Farid jelas tak  setuju akan perihal itikad Farid yang kurang tepat. Sepupu Farid yang berusia 16 tahun hanya diam seribu bahasa, ia manyum tampak gusar.”Akhwat misteritus!!“Dumal Anna dalam hati. “Benar-benar tak sesuai dengan apa yang dibayangkan sebelumnya. Bukannya sudah ada kak Zahra ?Akwat itu belum tentu sebaik Kak Zahra yang tulus mencintai bukan lelaki pujaan hatinya saja tapi juga mencintai keluarga pujaannya. Lagi pula mengapa Kak Farid pengen buru-buru menikah ? Bukannya Kak Farid masih kuliah dan belum mapan?” Gerutu Anna kian menjadi-jadi.
Tak ada yang dapat menahan itikad Farid untuk menemui akhwat itu. Ia bersih kukuh untuk menemuinya di Mamuju. Semua keputusan ada di tangannya sendiri, jika memang demikian keluarga Farid memilih untuk bungkam. Meskipun petuah dan larangan hingga mulut berbusa- busa pun lelaki bertubuh tinggi itu sudah tidak perduli. Mereka terheran-heran melihat antusias Farid untuk meminang wanita yang disebut sebut akhwat yang taat.Wanita misterius dan membius, benar-benar telah membius pola fikir Farid hingga tidak dapat berfikir lurus.“Itu keputusan yang gila !! Sangat Gila !”Pendapat gila menurut versi Anna Amelia.
***
Seiring kepergian Farid Gaffar ke Mamuju untuk menjemput bidadari misteriusnya, seorang wanita berusia 23 tahun berbulu mata lentik iseng-iseng membuka akun facebook untuk sekedar mengusir kepenatan sambil menunggu dosen yang tak kunjung datang. Sebenarnya sudah lewat setengah jam dari waktu yang dijadwalkan.Wanita itu mengenakan kerudung berwarna ungu muda dengan motif polos tampak anggun. Di tepi kanan jilbabnya tertera tiga  tulisan raa’ khat shulus,  dapat di tebak pasti kerudungnya itu bermerk Rabbani. Namun, ia tertohok saat membaca sebuah status yang muncul di beranda. Status yang memuat informasi itu mampu membelalakkan kedua matanya yang sayu. Hatinya hancur berkeping-keping seperti pecahan piring. Air matanya mengalir, darah seolah berhenti berdesir. Nafasnya tersenggal dengan bibir yang bergetar tampak getir. Dinding di ruangan itu seolah akan menghimpitnya, monitor menertawakannya sementara ia menjerit merasakan saakitt yang amat sakit. “Astagfirullah, benarkah semua itu?”Bibirnya keluh walau hanya sekedar mengatakan itu.
Apa daya, lelaki  pemilik status meracau itu adalah lelaki idamanya selama ini. Rupanya cinta  itu telah pudar seperti  pudarnya warna celana hijau tua yang sering dikenakan lelaki penggemar Edcouistik itu. Harapan yang pernah dirajut kini terurai kembali dengan percuma. Belum juga mimpi Zahrana menjadi nyata, sudah terkulai seperti bunga yang terinjak-injak.
***
Hari itu Suasana di luar sana begitu terik. Tepat pukul 14:30 saat teriknya matahari seperti berada di ubun-ubun, mobil truk roda enam bahkan roda sepuluh lalu lalang bergantian membawa angkutan seperti pasir, batu gunung, bahkan timbunan. Asap kendaraan truk yang mengepul dan debu kian marak beterbangan, selain karena musim kemarau, juga faktor  jalanan yang amburadul, belum sebaik seperti saat ini. Jalanan di Poros Maccopa Amarang  akan penuh kepulan debu saat mobil-mobil raksasa itu lewat membahana memekakkan gendang telinga. Jika menjemur pakaian dan jemurannya tepat di pinggir jalan, maka saat mobil itu lewat bersamaan dengan datangnya angin berubu, maka pakaian itu akan beterbangan bersama gumpalan debu-debu seperti atraksi singkat yang tak bermutu. Pukul 14:30 waktu  pulang sekolah Anna Amelia. Remaja berusia 16 tahun, penggemar Shine, Boyband asal Korea yang unyu-unyu itu. Tapi, saat ini Anna ternyata pindah hati ke Boyband asal England yakni one Direction. Seiring dengan panasnya cuaca, Anna terhenyak  luar biasa saat melihat kakak sepupunya sedang duduk bersama seorang wanita asing di ruang tamu. “Siapa wanita itu”? Pembicaraan mereka nampaknya serius. “Tak lain tak bukan topik pembicaraan pasti topic yang tak ku harapkan. Pernikahann !!” Kelakar Anna mencibir.
Tante Farid, Rambutnya yang sudah mulai beruban seolah memberi kesan betapa berat beban yang harus dipikul janda berusia 32 tahun beranak 4 ini, ia telah ditinggal mati suaminya 4 tahun yang lalu karena sakit malaria. Wanita berusia kepala tiga ini terkenal orang paling ramah di kampung itu barangkali, karena hampir semua orang berkata begitu. Ia selalu welcome kepada siapa saja yang datang ke rumahnya, bahkan bersikap ramah kepada calon pilihan keponakannya yang tidak ia restui sekalipun.
Wanita yang di sebut-sebut akhwat itu sama sekali bertolak belakang dengan Zahrani. Akhwat yang satu itu berkulit gelap, perawakannya sinis dengan senyum yang dipaksakan. Mengenkan kerudung siku berwarna pink muda, bercelana jeans ketat di padukan dengan baju kemeja putih yang tidak kalah ketatnya. Membuat tonjolan lemak di sekitar tubuhnya yang rawan nampak jelas terlihat. Wajahnya di poles dengan bedak cream yang lengket dan sepertinya jenis cream itu tidak cocok dengan jenis kulitnya yang berminyak sehingga tampak belepotan seperti sudah lima jam berada di penggorengan kerupuk udang. Bedaknya itu seolah sedang berperang dengan kulit wajahnya. Sudah jelas akurat, bedaknya itu kalah total dengan warna kulit dan tekstur wajah yang kasar. Sungguh pertarungan yang dramatis, ti, tis…
***
Berselang beberapa hari setelah introduction wanita asal Mamuju itu, Anna Amelia akhirnya dapat bernafas lega. Alhamdulillah walhasil, kakak sepupu kesayangannya itu dapat luluh, keras kepalanya tak sekeras batu. Ia merasa tidak memiliki kecocokan dengan akhwat jadi-jadian itu. Seolah sudah menemukan jalan buntu, Ikhwa berwajah oriental itu memilih untuk kembali melanjutkan kuliah dan tinggal kembali di Asrama. Membawa kegagalan cinta dan beruntun kekecewaan dari kalangan keluarga. Ia seperti mengalami stress tingkat gawatt, bahkan Anna menganggap kakak sepupunya itu telah mengalami hipokondria.
***
Cinta yang dibasuh oleh airmata, akan tetap indah dan suci selamanya. Hari itu, tgl 29 Maret 2012 Farid Gaffar telah melabuhkan hatinya dalam ikatan suci pernikahan dengan seorang wanita muslimah yakni motifatornya setelah down dalam kegagalan pernikahannya tempo hari dengan Akhwat itu. Kini, mereka telah berada dalam ikatan suci mahligai pernikahan yang bahagia. Merajut hari demi hari dengan komitmen yang sama. Menjadi satu dalam itikad dan perjuagan meraih ridha Allah. Sang ayah yang pernah kejam kini tlah tua renta, tapi hatinya tak seperti dulu  kala. Ia turut bahagia melihat Farid kecil kini telah dewasa dan  menemukan pasangan hidup tempat pelabuhan di dermaga cintanya.
Kini Farid telah mengajar di SMP Ar-Rahmah sebagai guru Bahasa Arab dan Zahrani Hasyim, menjadi istri salehah yang disayangi oleh keluarga Farid. Selain itu ia tetap menjadi guru yang dicintai anak-anak didiknya di TK TPA Al-Hikmah Sesuai dengan peribahasa yang mengatakan, garam di laut, asam di gunung tapi bertemu jua dalam satu panci. Nah seberat apa pun rintangan dan cobaannya kalau jodoh pasti tak kan lari kemana. Ikhtiar dan doa, biar Allah yang menentukan yang terbaik untuk kita




                                      
Aku mencintaimu wahai kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau. Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita. Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. (Khalil Gibran)

Maros, 24 Desember 2012

 -----------------------
True story older cousin. Tulisan saya 2 tahun yang lalu, saat putih abu abu masih melekat. Tugas Bahasa Indonesia dari Ibu Chaeriah. Semoga Allah selalu merahmati beliau. :D
Mungkin ini lebih klop kalau di buat jadi novel kali' yah? Hhaaha. Rahma terlalu lancang mengekspos ini. Picturenya juga di ambil ngak bilang-bilang. Hahaa. Buat my cousin, doakanlah sepupu kecilmu ini. Agar mampu menyulap kisah ini menjadi sebuah novel. yah,yah...:) Katakan iya, dan aamiin kan! Kerena eh karena, tulisan di atas, saat ini entah genre nya lari ke apa? di bilang cerpen bukan juga. Novel apa lagi.
Apa pun jenisnya,tapi minumnya tetap satu. Segelas semangat untuk nulis di tengah malam. :D

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar