Hidup
adalah pilihan. Siapa pun yang terpilih, siapapun yang unggul, semoga itu yang
terbaik.
Yakinlah bahwa Tuhan akan menempatkan serpihan hidup kita atas apa
yang telah terpilih sebagaimana mestinya
***
Bulan Rhamadan 1435 H kali ini kita di hidangkan dengan berbagai moment yang memiliki nilai sejarah.
Bahkan, kita di gelarkan sebuah tindakan yang mengacu pada pilihan. Tgl 9 Juli
kemarin, kita baru saja melaksanakan pesta. “Pesta Demokrasi” menurut versi
petinggi negeri. Dan hadirkah kita untuk memilih di TPS masing masing sesuai
dimana lingkungan tempat domisili kita? Hmm, siapa yang anda pilih dari dua
pilihan yang ada? Tentu, anda memilih kandidat yang menurut anda baik bukan? Baik dari segi apa? Visi
misi, ataukah karena ada kepentingan tersendiri?
Berbicara politik,
apalagi politik di negeri kita ini, tak lepas dari segi kepentingan golongan
dan segala bentuk carut marut yang menyambangi hati rakyat dengan berbagai
kedok dan harapan harapan penambah nafsu makan sesaat. Itu menurut saya. Saya
tidak terlalu pandai menyibak konsep politik, saya juga bukan seorang pengamat
politik. Tapi saya hanya seorang mahasiswa yang sering menyempatkan diri
membaca artikel menyangkut politik menjelang pilpres. Atau nongkrong depan tv
dengan mata terbelalak, atau dengan kening mengerut.
Terkadang saya jengkel sama program tv yang disiarkan secara nasional tapi tidak lagi bersifat
netral. Jelas sekali ada kepentingan golongan yang terbungkus dengan bungkusan
palsu dan menohok lawan bak sembilu.
Mengagung agungkan kendidat yang menjadi bagian koalisi dan menjelek-jelekkan
kandidat lain yang bukan bagian dari koalisi.
Apatah lagi, sudah barang jadi demikian, toh
pemilik stasiun tv nya kan orang politik, bahkan hampir semua. Ini sudah jadi
rahasia umum, rakyat Indonesia semua sudah tahu, kecuali mereka yang anti
politik, atau mereka yang tv nya rusak, atau juga mereka yang punya tv tapi
tinggalnya di pedalaman. Ngak dapat
sinyal.
Bukan cuma di tv, di
media sosial saja merebak aksi hujat menghujat, hina menghina bahkan awal
Rhamadan tahun ini sebelum dan sesudah pilples di hiasi dengan hal seperti itu.
Facebook, menjadi salah satu sosmed yang paling beken buat siapa saja untuk bebas berpendapat, bebas menuangkan isi
hati, bahkan tampa di filter terlebih
dahulu, mereka serta merta berpendapat seenaknya.
Sempat ketawa ketiwi
baca postingan salah satu teman facebook yang mengatakan, Di sana jelek jelekin Joko, disini jelek jelekin Bowo, terus yang baik
siapa? Kamuu?. Hhhaha iya juga sih. Tapi loh kok, kenapa yah aksi hujat
menghujat itu begitu jelas menyeruak diman mana? Di dunia nyata, bahkan di
dunia maya. Orang kaya, bahkan orang miskin. Kecuali mereka yang menggunakan
akal untuk berfikir. Yang memahami bahwa masalah pilihan cukup tersemat di
dalam hati, lalu menyimpulkan pada hari H di TPS. Bukan dengan saling menghujat
seolah diri mereka nyaris tampa cela. Ya sudahlah, mari kita tarik benang
merahnya, berfikir positif saja. Menurut saya, Ini berarti hiporia dan
antusiasme rakyat dalam memilih presiden semakin meningkat. Mungkin seperti
itu, dan saya rasa memang seperti itu.
Oh yaa, hasil Quiqt count nya juga beda beda. Stasiun tv yang satu
mengunggulkan kandidat nomer 1, Kandidat yang nomer 2, di unggulkan oleh
stasiun tv yang satu. Mari menarik nafas, tentu anda bertanya tanya bukan? Yang
benar yang mana? Kita tunggu saja hasil real
count
yang sebenar benarnya dari KPU. Semoga saja tak ada aksi kecurangan yang
menggelembungkan hasil rekapitulasi suara. Apalah namanya atau istilah
kecuarangannya, yang jelas harapan kita tentu adalah hasil yang real. “Selamatkan Indonesia Untuk Indonesia Hebat!!” Siapa pun yang
terpilih, semoga dapat menerapkan kedua slogan yang saya satukan tersebut.
Kita tinggalkan so’al
capres, sembari menunggu hasil tgl 21 juli. Nah, saya ingin membahas tentang
Piala dunia yang di gelar di Brasil. Tersiar di seluruh stasiun tv terpilih di
masing masing negara seluruh dunia. Setuju kan, kalau hiporia masyarakat amat waaw sekali.!!! Seluruh dunia membicarakan
piala dunia. Event nya juga pas Rhamadan. Lebih tepatnya, pas
sahur. Ngak lagi tuh, nongkrongin tv buat nonton lawakan yang biasa di sajikan
di setiap stasiun tv. Tapi beralih ke pada dua stasiun TV Milik Om Aburizal
Bakrie. Hohohho
Semua kalangan
membicarakan piala dunia, bapak-bapak, om-om, kakak-kakak, adek-adek. Bujangan,
anak muda, orang tua, perempuan. Mungkin saja juga ibu-ibu. Yang mereka
bicarakan adalah suami mereka yang lebih sering tidur di depan tv ketimbang
tidur di kamar semenjak piala dunia di siarkan. Hhaahaa.
Pada tgl 14 kemarin,
adalah tiba final yang memperhadapkan
antara Jerman dan Argentina. Lagi lagi pula dengan itu kita di perhadapakan
dengan dua pilihan. Pilih yang mana? Jejaring sosial kemuadian ramai membicarakan
bola menurut opini mereka. Tentang sejarah ke dua negara, prestasi yang luar
biasa dari ke dua kubu bahkan nama nama pemain plus pelatih yang santer di sebut dimana mana. Judi bola
juga merajalela dimana- mana. Sebagian orang memanfaatkan moment ini untuk mendapatkan badget.
Hhaha taruhan gitu. Bagi yang menang,
untung sesaat, dan yang kalah taruhan yah tekor
deh. Bahkan mereka yang lagi puasa sekalipun melakukan hal yang sama. Hmm..
aku tercengang, Rahmadan tahun ini memang banyak godaan yah?
Dan traadaaa.......
Yang menang adalah Jerman. Pilihan saya. Dengan skor 1-0 atas Argentina. Saya
yakin bahwa Jerman yang menang setelah Jerman berhasil menggilas lawannya
dengan skor 7-1. Brasil yang merupakan tuan rumah, kalah telak di kandang
sendiri. Tapi jempol buat warga Brasil yang tetap sportif menjaga keamanan event
tersebut meskipun kecewa bin kuadrat kubu negara mereka di gilas dengan skor yang mencengangkan.
Saya teringat, pada saat
9 juli kemarin. Saya yang merupakan salah satu saksi kandidat pilples di Tps 6
kec mandai, jadi pendengar setia dari pembicaraan mengenai pilihan. Orang orang
pada mencoblos untuk menetukan pilihan. Bersamaan pula, topik pembicaraan
bapak-bapak calon pemilih dengan panita kkps yang menyinggung soal piala dunia.
Ada beberapa anak muda yang telat datang ke Tps karena baru bangun pasca nonton
bola. Ramaii sekali pembicaraan mereka, setiap yang datang ke Tps, dan dia
bapak-bapak, atau anak muda, pasti yang mereka omongin adalah Jerman dan Brasil. Pendapat mereka tentang Brasil lah,
tentang keunggulan Jerman lah bahkan mengait ngaitkan inisial nama capres
dengan Inisial nama negara yang menang. Hahaaaha. Seru juga pembicaraan mereka.
Sampai-sampai ada salah satu panitia kkps yang tidak puasa. Alasannya karena
kurang tidur, belum lagi pagi pagi harus ke Tps menyiapkan tetek bengek. Bahkan
secara terang terangan memperlihatkan botol aqua miliknya yang berisi kopi.
Sesekali ia menyeduhnya. Katanya ngantuk habis nonton piala dunia, jadi butuh
kopi. Hadeeuw. Rhamadan Tahun ini godaannya berlipat yah??
Intinya adalah,
terkadang memang kita dihadapkan dengan dua pilihan. Lantas bagaimana jika ke
dua pilihan itu sama baiknya? Dalam menentukan pilihan pilples seperti yang
saya tuliskan di atas misalnya. Perbedaan pendapat tentang skala baik dan benar
itu amat sangat berfariasi. Apa yang menurut kita baik dan benar, belum tentu
baik dan benar menurut orang lain. Sesuatu yang kita pilih tentunya adalah
sesuatu yang kita pilih karena menurut kita itu benar bukan? Kita tidak mungkin
memilih sesuatu yang kita anggap salah. Nah, jika demikian halnya, saya setuju
dengan pendapat salah satu teman SMA saya yang sekarang mahasiswa jurusan
sosiologi di Unismuh yang mengatakan skala baik dan benar dalam mentukan
pilihan itu bersifat relatif. Nah pertanyaan selanjutnya, apakah sesautu yang
bersifat relatif itu benar? Tentu jawabannya berfariasi juga kan?
Jadi, pilihlah sesuatu berdasarkan kata hati.
Bukan hanya itu, tapi di tunjang dengan menelisik berbagai referensi dari
sumber terpercaya untuk menguatkan pilihan hati kita. Jangan gampang terhasut,
apalagi dengan judul artikel, judul berita di koran dan juga siaran media yang
belum tentu benar. Media kita saat ini sudah amat krisis dari kata” media
sehat”. Media kita saat ini sudah menyebarkan wabah penyakit yang mengotak atik
nalar kita sebagai pemirsa. Jika pemerintah tidak dapat menaggulangi hal ini,
bahkan pemerintah sendiri telah menjadi dalang dari ke tidak sehatan media kita
akhir akhir ini, maka, jadilah pemirsa yang bijak.
Nah, dengan begitu,
kita memang tidak lepas dari hal memilih bukan? Bahkan dalam hal memilih
program media sekalipun. Maka, pilihlah media yang menyajikan informasi yang
sehat dan bermanfaat.
Hidup adalah pilihan. Siapa pun yang terpilih,
siapapun yang unggul, semoga itu yang terbaik. Yakinlah bahwa Tuhan akan
menempatkan serpihan hidup kita atas apa yang telah terpilih sebagaimana
mestinya
“Berhentilah saling
menghujat.! Selamatkan Indonesia Untuk Indonesia Hebat! Seperti Messi yang
tetap hebat meskipun tidak dapat menyelamatkan Argentina dari Jerman. Intinya,
kita yang berencana, berusaha dan berdo’a,
selebihnya Allah lah yang
menetukan.”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar