Jumat, 18 Juli 2014

Hidup Adalah Pilihan




Hidup adalah pilihan. Siapa pun yang terpilih, siapapun yang unggul, semoga itu yang terbaik.
Yakinlah bahwa Tuhan akan menempatkan serpihan hidup kita atas apa yang telah terpilih sebagaimana mestinya
***
Bulan Rhamadan 1435 H  kali ini kita di hidangkan dengan  berbagai moment yang memiliki nilai sejarah. Bahkan, kita di gelarkan sebuah tindakan yang mengacu pada pilihan. Tgl 9 Juli kemarin, kita baru saja melaksanakan pesta. “Pesta Demokrasi” menurut versi petinggi negeri. Dan hadirkah kita untuk memilih di TPS masing masing sesuai dimana lingkungan tempat domisili kita? Hmm, siapa yang anda pilih dari dua pilihan yang ada? Tentu, anda memilih kandidat yang menurut  anda baik bukan? Baik dari segi apa? Visi misi, ataukah karena ada kepentingan tersendiri?

Berbicara politik, apalagi politik di negeri kita ini, tak lepas dari segi kepentingan golongan dan segala bentuk carut marut yang menyambangi hati rakyat dengan berbagai kedok dan harapan harapan penambah nafsu makan sesaat. Itu menurut saya. Saya tidak terlalu pandai menyibak konsep politik, saya juga bukan seorang pengamat politik. Tapi saya hanya seorang mahasiswa yang sering menyempatkan diri membaca artikel menyangkut politik menjelang pilpres. Atau nongkrong depan tv dengan mata terbelalak, atau dengan kening mengerut.

Terkadang  saya jengkel sama program tv yang disiarkan secara nasional tapi tidak lagi bersifat netral. Jelas sekali ada kepentingan golongan yang terbungkus dengan bungkusan palsu dan menohok lawan  bak sembilu. Mengagung agungkan kendidat yang menjadi bagian koalisi dan menjelek-jelekkan kandidat lain yang bukan bagian dari koalisi.

Apatah lagi, sudah barang jadi demikian, toh pemilik stasiun tv nya kan orang politik, bahkan hampir semua. Ini sudah jadi rahasia umum, rakyat Indonesia semua sudah tahu, kecuali mereka yang anti politik, atau mereka yang tv nya rusak, atau juga mereka yang punya tv tapi tinggalnya di pedalaman. Ngak dapat sinyal.

Bukan cuma di tv, di media sosial saja merebak aksi hujat menghujat, hina menghina bahkan awal Rhamadan tahun ini sebelum dan sesudah pilples di hiasi dengan hal seperti itu. Facebook, menjadi salah satu sosmed yang paling beken buat siapa saja untuk bebas berpendapat, bebas menuangkan isi hati, bahkan tampa di filter terlebih dahulu, mereka serta merta berpendapat seenaknya. 
Sempat ketawa ketiwi baca postingan salah satu teman facebook yang mengatakan, Di sana jelek jelekin Joko, disini jelek jelekin Bowo, terus yang baik siapa? Kamuu?. Hhhaha iya juga sih. Tapi loh kok, kenapa yah aksi hujat menghujat itu begitu jelas menyeruak diman mana? Di dunia nyata, bahkan di dunia maya. Orang kaya, bahkan orang miskin. Kecuali mereka yang menggunakan akal untuk berfikir. Yang memahami bahwa masalah pilihan cukup tersemat di dalam hati, lalu menyimpulkan pada hari H di TPS. Bukan dengan saling menghujat seolah diri mereka nyaris tampa cela. Ya sudahlah, mari kita tarik benang merahnya, berfikir positif saja. Menurut saya, Ini berarti hiporia dan antusiasme rakyat dalam memilih presiden semakin meningkat. Mungkin seperti itu, dan saya rasa memang seperti itu.

Oh yaa, hasil Quiqt count nya  juga beda beda. Stasiun tv yang satu mengunggulkan kandidat nomer 1, Kandidat yang nomer 2, di unggulkan oleh stasiun tv yang satu. Mari menarik nafas, tentu anda bertanya tanya bukan? Yang benar yang mana? Kita tunggu saja hasil real count  yang sebenar benarnya dari KPU. Semoga saja tak ada aksi kecurangan yang menggelembungkan hasil rekapitulasi suara. Apalah namanya atau istilah kecuarangannya, yang jelas harapan kita tentu adalah hasil yang real. “Selamatkan Indonesia Untuk Indonesia Hebat!!” Siapa pun yang terpilih, semoga dapat menerapkan kedua slogan yang saya satukan tersebut.

Kita tinggalkan so’al capres, sembari menunggu hasil tgl 21 juli. Nah, saya ingin membahas tentang Piala dunia yang di gelar di Brasil. Tersiar di seluruh stasiun tv terpilih di masing masing negara seluruh dunia. Setuju kan, kalau hiporia masyarakat amat waaw sekali.!!! Seluruh dunia membicarakan piala dunia. Event  nya juga pas Rhamadan. Lebih tepatnya, pas sahur. Ngak lagi tuh, nongkrongin tv buat nonton lawakan yang biasa di sajikan di setiap stasiun tv. Tapi beralih ke pada dua stasiun TV Milik Om Aburizal Bakrie. Hohohho
Semua kalangan membicarakan piala dunia, bapak-bapak, om-om, kakak-kakak, adek-adek. Bujangan, anak muda, orang tua, perempuan. Mungkin saja juga ibu-ibu. Yang mereka bicarakan adalah suami mereka yang lebih sering tidur di depan tv ketimbang tidur di kamar semenjak piala dunia di siarkan. Hhaahaa.

Pada tgl 14 kemarin, adalah tiba final yang memperhadapkan antara Jerman dan Argentina. Lagi lagi pula dengan itu kita di perhadapakan dengan dua pilihan. Pilih yang mana? Jejaring sosial kemuadian ramai membicarakan bola menurut opini mereka. Tentang sejarah ke dua negara, prestasi yang luar biasa dari ke dua kubu bahkan nama nama pemain plus pelatih yang santer di sebut dimana mana. Judi bola juga merajalela dimana- mana. Sebagian orang memanfaatkan moment ini untuk mendapatkan badget. Hhaha taruhan gitu. Bagi yang menang, untung sesaat, dan yang kalah taruhan yah tekor deh. Bahkan mereka yang lagi puasa sekalipun melakukan hal yang sama. Hmm.. aku tercengang, Rahmadan tahun ini memang banyak godaan yah?

Dan traadaaa....... Yang menang adalah Jerman. Pilihan saya. Dengan skor 1-0 atas Argentina. Saya yakin bahwa Jerman yang menang setelah Jerman berhasil menggilas lawannya dengan skor 7-1. Brasil yang merupakan tuan rumah, kalah telak di kandang sendiri. Tapi jempol buat warga Brasil yang tetap sportif menjaga keamanan event tersebut meskipun kecewa bin kuadrat kubu negara mereka di gilas dengan skor yang mencengangkan.

Saya teringat, pada saat 9 juli kemarin. Saya yang merupakan salah satu saksi kandidat pilples di Tps 6 kec mandai, jadi pendengar setia dari pembicaraan mengenai pilihan. Orang orang pada mencoblos untuk menetukan pilihan. Bersamaan pula, topik pembicaraan bapak-bapak calon pemilih dengan panita kkps yang menyinggung soal piala dunia. Ada beberapa anak muda yang telat datang ke Tps karena baru bangun pasca nonton bola. Ramaii sekali pembicaraan mereka, setiap yang datang ke Tps, dan dia bapak-bapak, atau anak muda, pasti yang mereka omongin adalah Jerman dan Brasil. Pendapat mereka tentang Brasil lah, tentang keunggulan Jerman lah bahkan mengait ngaitkan inisial nama capres dengan Inisial nama negara yang menang. Hahaaaha. Seru juga pembicaraan mereka. Sampai-sampai ada salah satu panitia kkps yang tidak puasa. Alasannya karena kurang tidur, belum lagi pagi pagi harus ke Tps menyiapkan tetek bengek. Bahkan secara terang terangan memperlihatkan botol aqua miliknya yang berisi kopi. Sesekali ia menyeduhnya. Katanya ngantuk habis nonton piala dunia, jadi butuh kopi. Hadeeuw. Rhamadan Tahun ini godaannya berlipat yah??

Intinya adalah, terkadang memang kita dihadapkan dengan dua pilihan. Lantas bagaimana jika ke dua pilihan itu sama baiknya? Dalam menentukan pilihan pilples seperti yang saya tuliskan di atas misalnya. Perbedaan pendapat tentang skala baik dan benar itu amat sangat berfariasi. Apa yang menurut kita baik dan benar, belum tentu baik dan benar menurut orang lain. Sesuatu yang kita pilih tentunya adalah sesuatu yang kita pilih karena menurut kita itu benar bukan? Kita tidak mungkin memilih sesuatu yang kita anggap salah. Nah, jika demikian halnya, saya setuju dengan pendapat salah satu teman SMA saya yang sekarang mahasiswa jurusan sosiologi di Unismuh yang mengatakan skala baik dan benar dalam mentukan pilihan itu bersifat relatif. Nah pertanyaan selanjutnya, apakah sesautu yang bersifat relatif itu benar? Tentu jawabannya berfariasi juga kan? 

Jadi, pilihlah sesuatu berdasarkan kata hati. Bukan hanya itu, tapi di tunjang dengan menelisik berbagai referensi dari sumber terpercaya untuk menguatkan pilihan hati kita. Jangan gampang terhasut, apalagi dengan judul artikel, judul berita di koran dan juga siaran media yang belum tentu benar. Media kita saat ini sudah amat krisis dari kata” media sehat”. Media kita saat ini sudah menyebarkan wabah penyakit yang mengotak atik nalar kita sebagai pemirsa. Jika pemerintah tidak dapat menaggulangi hal ini, bahkan pemerintah sendiri telah menjadi dalang dari ke tidak sehatan media kita akhir akhir ini, maka, jadilah pemirsa yang bijak.

Nah, dengan begitu, kita memang tidak lepas dari hal memilih bukan? Bahkan dalam hal memilih program media sekalipun. Maka, pilihlah media yang menyajikan informasi yang sehat dan bermanfaat. 

Hidup adalah pilihan. Siapa pun yang terpilih, siapapun yang unggul, semoga itu yang terbaik. Yakinlah bahwa Tuhan akan menempatkan serpihan hidup kita atas apa yang telah terpilih sebagaimana mestinya

“Berhentilah saling menghujat.! Selamatkan Indonesia Untuk Indonesia Hebat! Seperti Messi yang tetap hebat meskipun tidak dapat menyelamatkan Argentina dari Jerman. Intinya, kita yang berencana, berusaha dan berdo’a,  selebihnya Allah lah  yang menetukan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar