Jumat, 18 Juli 2014

OdojPeduliPalestine


Membawa kardus lalu di sodorkan kepada pengguna jalan. Dengan semangat yang membara
berdiri di beberapa titk jalan di bawah paparan sinar matahari ba’da ashar.
***
Apa yang kami perjuangkan tak sebanding dengan apa yang mereka rasakan. Aksi peduli yang kami lakukan ini adalah panggilan hati dari jerit tangis mereka. Mata kuyu serta mulut yang menganga. Menatap kuyu akan wilayah negeri mereka yang jauh lebih membara, membara dikarenakan  hujan bom yang di luncurkan dari rudal-rudal kaum Yahudi berhati bengis.

Nyaris berbeda sekali dengan apa yang kita alami saat ini. Kita masih menetap di wilayah aman untuk kita diami. Berkumpul bersama keluarga tercinta, melahap hidangan saat berbuka dan sahur. Bahkan masih dilenakan oleh berbagai moment di bulan Rhamadan tahun ini. Tapi bagaimana dengan mereka? Bagaimana dengan derai air mata, tetesan darah dan kematian yang terus saja mengintai?

Lihat, nyawa melayang begitu saja. Jika ditelisik,terbuat dari apakah hati  pemimpin negara Israel itu? Siapa gerangan yang mampu menjawabnya. Tak berprikemanusiaan, ketegaan yang meraja lela.  Menyatakan ultimatum untuk penyerangan di jalur Gaza, menjadikan Palestine membara, menjatuhkan korban yang melara.
 
Anak anak kecil dan kaum wanita papah bersimbah darah, menangis karena terkungkung di negeri sendiri, diserang tiada henti hingga kematian yang mereka jumpai. Mati syahid, karena mencintai kematian untuk menuju Syurga Allah. Berbeda dengan mereka, kaum Yahudi. Pecinta kehidupan. Melakukan tindakan laknatullah demi sebuah persepsi yang mereka anggap sebagai bentuk kemenangan.

Namun,  kemenangan hakikih seyogyanya adalah milik Palestine, milik ummat Islam. Meski saat ini mereka terlunta, tapi kelak akan ada balasan yang setimpal. Allah maha tau, Allah tidak tidur dan kemenangan hakikih adalah kebahagiaan hidup di alam keabadaian, bukan kemenangan yang dilandasi oleh kebengisan dan egoisme atas kepentingan yang bersifat duniawi.
            
 Hari ini, di Butta salewangngeng Maros, adalah pengalaman kami menyodorkan kardus dengan semangat membara di lampu merah. Hanya ini yang mampu kami lakukan, wahai saudara-saudara kami di Palestine. Sungguh, kami tak tega. Sungguh derai  air mata kami menetes saat melihat penderitaan kalian di media sosial.

Sungguh kami malu atas diri kami sendirri. Kalian begitu tegar. Sungguh hati kami tergugu, melihat dan membaca dari berbgai sumber bahwa kalian bertahan dengan tetap menjaga shalat, menyetor hafalan surah di sela suara dentuman bom yang memborbardir. Melanjutkan tilawah dalam keadaan genting, dan menjunjung tinggi kalimat takbir dalam situasi yang menciutkan detak nadi. Allahu akbar!! Kami peduli.
 
Semoga aksi solidaritas kami hari ini membawa manfaat untuk kalian saudara saudaraku di Palestine. Seluruh relawan di pelosok dunia menjuruskan sejuta do’a dan bantuan dana untuk keberdayaan kalian di sana. Akan tiba masanya, bangsa Yahudi menerima ganjaran yang setimpal. Untuk kaum mujahidin, syurga Allah menantimu. InsyaAllah.!!

*OdojPeduli Palestine.

Foto bareng selepas gerilya, sebelum waktu berbuka.
Maros, 13 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar